SUDAHKAN
KITA MEMILIKI CINTA?
Oleh:
SupartomoSyarief
Kesatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia
Parigi Moutong (KPMIPM)
Di Kota Gorontalo
Selasa, 3 Februari 2015
Kesatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia
Parigi Moutong (KPMIPM)
Di Kota Gorontalo
Selasa, 3 Februari 2015
Bismillahirrohmanirrohim…
“Ketahuilah
para pembaca sekalian,
bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya
kamu teruskan pada generasi berikutnya !”
bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya
kamu teruskan pada generasi berikutnya !”
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu !!
Beberapa “aktivis” mungkin alergi bahkan jijik dengan kata CINTA.
Ini berdasarkan yang saya temui (subjektif), saya mohon maaf atas kata itu yang
begitu banyak dalam tulisan ini.
Pernah datang seorang sahabat kepada saya dengan membawa sebuah
cerita panjang dan penuh emosi; dengan alur cerita yang kesana-kesitu-kemari begitu
liar, hingga dalam hati saya pun kewalahan memberikan judul yang sesuai dan
menggambarkan simpulan dari cerita panjangnya, yah semacama curhat berseri--mungkin. Mungkin hanya sedikit
berlebihan jika kita memasukkannya ke dalam kategori kesusastraan terpanjang
yang pernah kita jumpai setelah La Galigo dan Mahabarata. Namun biarlah kalimat
hiperbolis itu saya gunakan sebagai alat untuk mempertegas dan memberikan
gambaran betapa panjang cerita sahabat saya ini, bahkan pada saat itu pula saya
sangat yakin bahwa cerita itu belum selesai dan masih menunggu kelanjutan.
Sayangnya, cerita sahabat saya itu tidak lagi sempat dilanjutkan karena mungkin
dia tak lagi memiliki masalah yang cukup seru atau emosional untuk diceritakan
kepada saya, atau mungkin juga dia telah mengakhiri kisah panjangnya bersama
sang pujaan; saya tidak tau pasti. Lagian
tulisan ini tidak membahas alur kisah sahabat saya itu, hehehehehehe J.
Saat kisah sahabat saya itu mengalir dalam cerita yang penuh
emosi, kadang dia terhenti dengan suatu hal seakan menahan sesuatu atau mungkin
juga sekedar merenungi alasan dan sebab terjadinya bunga cerita itu. Demikian halnya
dengan saya, hanya kadang hati dan pikiran saya memaksa saya untuk turut diam
dan mengangguk seakan mengerti sebab dan atau mungkin ikut merasakan luapan
emosi yang dirasakan oleh sahabat saya ini. Sayangnya, pikiran saya malah
benar-benar menyimpulkan hal yang berbeda dengan tema pembicaraan kami saat
itu. Saya malah memikirkan sebuah pertanyaan aneh saat terdiam itu, “sedemikian
hebatnyakah CINTA itu?”. Yang membuat sahabat saya yang gagah perkasa tumbang
dalam kesedihan dan penyesalan yang seakan dia akan butuh waktu cukup lama
untuk move on to be move up, (kalo salah,
ba diam jow. Sesama bis kota dilarang saling menabrak! Kiapa jadi baku tabrak
dank? Hahahahaha *ROFL*).
Apa benar cinta kita kepada seseorang-sesuatu membuat kita
seakan mendapatkan segalanya dan pada waktu yang bersamaan juga kehilangan semuanya
seperti sahabat saya ini. Apakah benar cinta itu adalah “perang bathin”, yang juga
katanya “mbah-nya perubahan”.
Beberapa hari saya terkapar dalam kebingungan (tepatnya risau
dan penasaran yang sangat dalam) akibat dari pertanyaan sendiri yang belum
kunjuang terjawab (kok kunjuang, jadi Batak aja aku; KUNJUNG maksud. Maklum
lagi buru-buru). Hingga suatu waktu (tepatnya malam jum’at kemarin; empat malam
sebelum tulisan ini saya buat) saya mendengar penjelasan seorang bijak dengan
mengutip sebuah syair atau pepatah arab (begitu kurang-lebih) tentang cinta dan
kekuatannya yang maha dahsyat. Dari syair tersebut, kurang-lebih yang dapat
saya petik sebagai berikut, bahwa cinta itu:
·
Senang menyebut namanya
·
Senang memperbincangkan hal tentangnya
·
Sangat takut hal buruk terjadi padanya
·
Tak seharipun dilewatkan tanpa sebuah rencana
indah untuk dan dengannya
Sambil menikmati kopi hitam saya merenungi (paling tidak) empat
poin itu, dan menciptakan beberapa pertanyaan renungan. Kalimat itu begitu umum
dan berlaku untuk apa dan siapapun yang dicintai.
Saya pun mengarahkan “persamaan”
ini pada sesuatu yang menurut saya, “sedang saya cintai”; KPMIPM-organisasi
ini.
Jika saya, Anda; kita, semua mencintai organisasi ini maka
seharusnya poin-poin itu dapat terjawab dengan mudah. Sekarang sebagai bahan
renungan dan muhasabah, kita harus membuat sebuah pernyataan yang jujur dalam
hati dan diri kita masing-masing.
Seberapa sering kita menggelisahkan diri dan pikiran untuk
memikirkan perbaikan keadaan organisasi ini, dan seberapa takut kita jika
terjadi hal buruk pada organisasi ini, termasuk ancaman dis-eksistensi terhadap
organisasi ini.
Jika saya, Anda, kita semua, mengaku CINTA maka harusnya kita
punya waktu khusus yang digunakan untuk benar-benar menggelisahkan diri dan
pikiran untuk yang kita cintai.
Mungkin tidak satu-pun dari kita memiliki cinta yang sempurna,
namun perlu saya ingatkan, kita adalah kawanan lebah yang bersayap satu
(masing-masing memiliki kekurangan), yang hanya akan dapat dan mampu terbang
jika saling bergandengan. Maka cinta yang tak sempurna ini bisa menjadi lebih
kuat jika kita menggiringnya dalam sebuah gerakan bersama, gelisah yang sama,
kepedulian dan ketakutan yang sama demi mempertahankan eksistensi KPMIPM yang
bukan tidak mungkin akan terancam di kemudian hari.
Tentunya, kepada Allah kita memohon petunjuk dan ilmu untuk membangun organisasi ini dengan benar,
pondasi, cara, niat, dan tujuan yang benar, serta kepada Dia jua kita memohon
perlindungan dari musibah besar dan kecil yang bisa berupa dis-eksistensi,
dis-integrasi dan sebagainya, serta dari hal buruk yang mungkin mengikutinya.
Pertanyaannya sekarang, benarkah saya mencintainya atau sudahkah
kita memiliki cinta yang benar?
Demikian, semoga dapat
menjadi konsumsi yang layak.
Faidza
adzamta fatawakkal ‘alallah;
Hadza
min fadli Rabbi;

Salam Berfikir
Dan Bertindak Cerdas,
Salam Hormat.
=Supartomo
Syarief=
The
Raushanfikr
0 komentar:
Posting Komentar