Sabtu, 06 Februari 2016

SUDAHKAN KITA MEMILIKI CINTA?

09.02 Posted by Unknown No comments
SUDAHKAN KITA MEMILIKI CINTA?
Oleh: SupartomoSyarief
Kesatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia
Parigi Moutong (KPMIPM)
Di Kota Gorontalo
Selasa, 3 Februari 2015

Bismillahirrohmanirrohim…

“Ketahuilah para pembaca sekalian,
bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya
kamu teruskan pada generasi berikutnya !”

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu !!
Beberapa “aktivis” mungkin alergi bahkan jijik dengan kata CINTA. Ini berdasarkan yang saya temui (subjektif), saya mohon maaf atas kata itu yang begitu banyak dalam tulisan ini.
Pernah datang seorang sahabat kepada saya dengan membawa sebuah cerita panjang dan penuh emosi; dengan alur cerita yang kesana-kesitu-kemari begitu liar, hingga dalam hati saya pun kewalahan memberikan judul yang sesuai dan menggambarkan simpulan dari cerita panjangnya, yah semacama curhat berseri--mungkin. Mungkin hanya sedikit berlebihan jika kita memasukkannya ke dalam kategori kesusastraan terpanjang yang pernah kita jumpai setelah La Galigo dan Mahabarata. Namun biarlah kalimat hiperbolis itu saya gunakan sebagai alat untuk mempertegas dan memberikan gambaran betapa panjang cerita sahabat saya ini, bahkan pada saat itu pula saya sangat yakin bahwa cerita itu belum selesai dan masih menunggu kelanjutan. Sayangnya, cerita sahabat saya itu tidak lagi sempat dilanjutkan karena mungkin dia tak lagi memiliki masalah yang cukup seru atau emosional untuk diceritakan kepada saya, atau mungkin juga dia telah mengakhiri kisah panjangnya bersama sang pujaan; saya tidak tau pasti. Lagian tulisan ini tidak membahas alur kisah sahabat saya itu, hehehehehehe J.
Saat kisah sahabat saya itu mengalir dalam cerita yang penuh emosi, kadang dia terhenti dengan suatu hal seakan menahan sesuatu atau mungkin juga sekedar merenungi alasan dan sebab terjadinya bunga cerita itu. Demikian halnya dengan saya, hanya kadang hati dan pikiran saya memaksa saya untuk turut diam dan mengangguk seakan mengerti sebab dan atau mungkin ikut merasakan luapan emosi yang dirasakan oleh sahabat saya ini. Sayangnya, pikiran saya malah benar-benar menyimpulkan hal yang berbeda dengan tema pembicaraan kami saat itu. Saya malah memikirkan sebuah pertanyaan aneh saat terdiam itu, “sedemikian hebatnyakah CINTA itu?”. Yang membuat sahabat saya yang gagah perkasa tumbang dalam kesedihan dan penyesalan yang seakan dia akan butuh waktu cukup lama untuk move on to be move up, (kalo salah, ba diam jow. Sesama bis kota dilarang saling menabrak! Kiapa jadi baku tabrak dank? Hahahahaha *ROFL*).
Apa benar cinta kita kepada seseorang-sesuatu membuat kita seakan mendapatkan segalanya dan pada waktu yang bersamaan juga kehilangan semuanya seperti sahabat saya ini. Apakah benar cinta itu adalah “perang bathin”, yang juga katanya “mbah-nya perubahan”.
Beberapa hari saya terkapar dalam kebingungan (tepatnya risau dan penasaran yang sangat dalam) akibat dari pertanyaan sendiri yang belum kunjuang terjawab (kok kunjuang, jadi Batak aja aku; KUNJUNG maksud. Maklum lagi buru-buru). Hingga suatu waktu (tepatnya malam jum’at kemarin; empat malam sebelum tulisan ini saya buat) saya mendengar penjelasan seorang bijak dengan mengutip sebuah syair atau pepatah arab (begitu kurang-lebih) tentang cinta dan kekuatannya yang maha dahsyat. Dari syair tersebut, kurang-lebih yang dapat saya petik sebagai berikut, bahwa cinta itu:
·        Senang menyebut namanya
·        Senang memperbincangkan hal tentangnya
·        Sangat takut hal buruk terjadi padanya
·        Tak seharipun dilewatkan tanpa sebuah rencana indah untuk dan dengannya
Sambil menikmati kopi hitam saya merenungi (paling tidak) empat poin itu, dan menciptakan beberapa pertanyaan renungan. Kalimat itu begitu umum dan berlaku untuk apa dan siapapun yang dicintai.
Saya pun mengarahkan “persamaan” ini pada sesuatu yang menurut saya, “sedang saya cintai”; KPMIPM-organisasi ini.
Jika saya, Anda; kita, semua mencintai organisasi ini maka seharusnya poin-poin itu dapat terjawab dengan mudah. Sekarang sebagai bahan renungan dan muhasabah, kita harus membuat sebuah pernyataan yang jujur dalam hati dan diri kita masing-masing.
Seberapa sering kita menggelisahkan diri dan pikiran untuk memikirkan perbaikan keadaan organisasi ini, dan seberapa takut kita jika terjadi hal buruk pada organisasi ini, termasuk ancaman dis-eksistensi terhadap organisasi ini.
Jika saya, Anda, kita semua, mengaku CINTA maka harusnya kita punya waktu khusus yang digunakan untuk benar-benar menggelisahkan diri dan pikiran untuk yang kita cintai.
Mungkin tidak satu-pun dari kita memiliki cinta yang sempurna, namun perlu saya ingatkan, kita adalah kawanan lebah yang bersayap satu (masing-masing memiliki kekurangan), yang hanya akan dapat dan mampu terbang jika saling bergandengan. Maka cinta yang tak sempurna ini bisa menjadi lebih kuat jika kita menggiringnya dalam sebuah gerakan bersama, gelisah yang sama, kepedulian dan ketakutan yang sama demi mempertahankan eksistensi KPMIPM yang bukan tidak mungkin akan terancam di kemudian hari.
Tentunya, kepada Allah kita memohon petunjuk dan ilmu  untuk membangun organisasi ini dengan benar, pondasi, cara, niat, dan tujuan yang benar, serta kepada Dia jua kita memohon perlindungan dari musibah besar dan kecil yang bisa berupa dis-eksistensi, dis-integrasi dan sebagainya, serta dari hal buruk yang mungkin mengikutinya.
Pertanyaannya sekarang, benarkah saya mencintainya atau sudahkah kita memiliki cinta yang benar?

Demikian, semoga dapat menjadi konsumsi yang layak.
Faidza adzamta fatawakkal ‘alallah;
Hadza min fadli Rabbi;
Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam Berfikir
Dan Bertindak Cerdas,
Salam Hormat.




=Supartomo Syarief=
The Raushanfikr

0 komentar:

Posting Komentar