Sabtu, 06 Februari 2016

SEDIKIT PUJIAN IKHLAS

08.42 Posted by Unknown No comments
SEDIKIT PUJIAN IKHLAS
(Sebuah Kekuatan yang Tersembunyi)

Bismillahirrohmanirrohim…
“Ketahuilah para pembaca sekalian, bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya kau teruskan pada generasi berikutnya !”


Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu !!
Setiap manusia mutlak memiliki impian meski terkadang harus bernilai mahal (dan dibayar mahal) hingga hampir mustahil namun “apa yang mustahil selain mencoba menyaingi Tuhan?”.  Meski demikian tidak semua menyadari (terutama orang tua) bahwa setiap impian tidak harus selalu lumrah, sama serta biasa dengan yang dimiliki oleh orang lain dan setiap impian menuntut perjuangan yang sangat tidak jarang melelahkan; terkadang mereka berfikir kurang kreatif dan tidak berorientasi pada inovasi.
Impian merupakan tekad dan kemauan matang yang akan disertai dengan ikhtiar keras. Pun demikian, sangat diperlukan semangat yang tak kunjung padam meski tertatih-tatih menggapai impian tersebut karena untuk mencapai impian juga diperlukan pengorbanan dan penundaan terhadap kegiatan menikmati kesenangan. Sadar atau tidak, setiap yang memiliki impian dan sekarang sedang melangkah mendekati impiannya ia pun sedang menunda kesenangannya, termasuk Anda dan saya.
Untuk menjaga semangat agar tetap berapi-api diperlukan motivasi baik dari dalam (intern) mapun yang berasal dari luar diri (ekstern). Meski dalam banyak referensi dikatakan bahwa motivasi intern sangat mempengaruhi tingkat kegigihan dalam mencapai impian namun motivasi ekstern-pun tidak boleh dipandang sebelah mata karena tidak jarang mereka yang kehilangan semangat hanya karena tidak adanya dukungan dari luar yang juga sebenarnya cukup membantu.
Begitu banyak anak (remaja) yang begitu sulit mengetahui impiannya yang jelas bahkan ada yang melakukan aktivitas yang sebenarnya tidak disukai dan tidak bertujuan mengembangkan bakatnya. Hal itu dilakukan hanya sekedar mengikuti kemauan orang tuanya hingga ia pun merasakan kebingungan apa tujuan dari aktivitas itu hingga kegalauan yang sangat parah menghiasi seluruh rangkaian “kerja paksa” yang dilakukannya itu.
Maka sebenarnya, tidak perlu kita bertanya mengapa hampir separoh usia manusia dihabiskan untuk sekolah dan “belajar” namun setelah lulus tetap hampir tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara  mereka yang kurang beruntung sekolah tinggi dengan mereka yang semakin memperpanjang nama dengan gelar-gelar di belakang nama. Salah satu yang menyebabkan hal itu adalah, mereka kurang sehati dengan apa yang mereka lakukan serta adanya ketidak-sesuaian antara bakat dan cara mengasah bakat itu.
Selain itu, terkadang kurangnya perhatian dari keluarga dalam hal ini orang tua menjadi satu faktor mengapa motivasi dan tekad anak sangat rentan untuk turun secara derastis.
Sebagian orang tua menganggap bahwa dengan uang jajan yang tidak kurang dan sarana yang lengkap maka tugas mereka telah selesai sebagai orang tua hingga terkadang waktu untuk anak-anaknya harus terjual dengan materi. Padahal sedikit pujian terhadap karya dan usaha anak sangat berpengaruh dalam mempertahankan bahkan menambah semangat belajar mereka.
Namun ironisnya sangat jarang orang tua yang mampu memberi motivasi dengan baik kepada anaknya, misalnya dengan pujian terhadap hasil pekerjaannya meski sebenarnya kurang memuaskan atau bahkan mengajak dan mengajarkan demokrasi kepada anak untuk memilih sendiri bakat yang akan ditekuni sebagai impian (cita-cita) yang akan ia kejar dengan penuh minat dan ikhtiar yang ikhlas meski dengan sedikit saran dan pertimbangan karena tentu saja ia masih tetap anak yang perlu bimbingan.
Satu hal yang tidak disadari bahwa dengan sedikit pujian akan memberikan dorongan positif yang sangat kuat kepada anak dalam melakukan tindakan-tindakan dan pekerjaan yang lebih baik di masa  mendatang.
Dalam beberapa hal termasuk mendidik perlu disadari bahwa “kunci” sangat diperlukan dan orang tua perlu melihat bakat mereka, bukan pada kekurangan yang sebenarnya sudah menjadi kodrat bagi setiap kita untuk memiliki kesalahan.


Wallahul ‘Alam Bisshawab_!

0 komentar:

Posting Komentar