SEDIKIT
PUJIAN IKHLAS
(Sebuah Kekuatan yang
Tersembunyi)
Bismillahirrohmanirrohim…
“Ketahuilah para pembaca sekalian, bahwa aku dan Allah
sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya kau teruskan pada generasi
berikutnya !”
Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu !!
Setiap
manusia mutlak memiliki impian meski terkadang harus bernilai mahal (dan
dibayar mahal) hingga hampir mustahil namun “apa
yang mustahil selain mencoba menyaingi Tuhan?”. Meski demikian tidak semua menyadari (terutama
orang tua) bahwa setiap impian tidak harus selalu lumrah, sama serta biasa dengan
yang dimiliki oleh orang lain dan setiap impian menuntut perjuangan yang sangat
tidak jarang melelahkan; terkadang mereka berfikir kurang kreatif dan tidak
berorientasi pada inovasi.
Impian
merupakan tekad dan kemauan matang yang akan disertai dengan ikhtiar keras. Pun
demikian, sangat diperlukan semangat yang tak kunjung padam meski
tertatih-tatih menggapai impian tersebut karena untuk mencapai impian juga
diperlukan pengorbanan dan penundaan terhadap kegiatan menikmati kesenangan. Sadar
atau tidak, setiap yang memiliki impian dan sekarang sedang melangkah mendekati
impiannya ia pun sedang menunda kesenangannya, termasuk Anda dan saya.
Untuk
menjaga semangat agar tetap berapi-api diperlukan motivasi baik dari dalam (intern) mapun yang berasal dari luar
diri (ekstern). Meski dalam banyak
referensi dikatakan bahwa motivasi intern sangat mempengaruhi tingkat kegigihan
dalam mencapai impian namun motivasi ekstern-pun
tidak boleh dipandang sebelah mata karena tidak jarang mereka yang kehilangan
semangat hanya karena tidak adanya dukungan dari luar yang juga sebenarnya
cukup membantu.
Begitu
banyak anak (remaja) yang begitu sulit mengetahui impiannya yang jelas bahkan
ada yang melakukan aktivitas yang sebenarnya tidak disukai dan tidak bertujuan
mengembangkan bakatnya. Hal itu dilakukan hanya sekedar mengikuti kemauan orang
tuanya hingga ia pun merasakan kebingungan apa tujuan dari aktivitas itu hingga
kegalauan yang sangat parah menghiasi seluruh rangkaian “kerja paksa” yang
dilakukannya itu.
Maka
sebenarnya, tidak perlu kita bertanya mengapa hampir separoh usia manusia
dihabiskan untuk sekolah dan “belajar” namun setelah lulus tetap hampir tidak
terlihat perbedaan yang signifikan antara mereka yang kurang beruntung sekolah tinggi
dengan mereka yang semakin memperpanjang nama dengan gelar-gelar di belakang
nama. Salah satu yang menyebabkan hal itu adalah, mereka kurang sehati dengan
apa yang mereka lakukan serta adanya ketidak-sesuaian antara bakat dan cara
mengasah bakat itu.
Selain
itu, terkadang kurangnya perhatian dari keluarga dalam hal ini orang tua
menjadi satu faktor mengapa motivasi dan tekad anak sangat rentan untuk turun
secara derastis.
Sebagian
orang tua menganggap bahwa dengan uang jajan yang tidak kurang dan sarana yang
lengkap maka tugas mereka telah selesai sebagai orang tua hingga terkadang
waktu untuk anak-anaknya harus terjual dengan materi. Padahal sedikit pujian
terhadap karya dan usaha anak sangat berpengaruh dalam mempertahankan bahkan
menambah semangat belajar mereka.
Namun
ironisnya sangat jarang orang tua yang mampu memberi motivasi dengan baik
kepada anaknya, misalnya dengan pujian terhadap hasil pekerjaannya meski
sebenarnya kurang memuaskan atau bahkan mengajak dan mengajarkan demokrasi
kepada anak untuk memilih sendiri bakat yang akan ditekuni sebagai impian
(cita-cita) yang akan ia kejar dengan penuh minat dan ikhtiar yang ikhlas meski
dengan sedikit saran dan pertimbangan karena tentu saja ia masih tetap anak
yang perlu bimbingan.
Satu
hal yang tidak disadari bahwa dengan sedikit pujian akan memberikan dorongan
positif yang sangat kuat kepada anak dalam melakukan tindakan-tindakan dan
pekerjaan yang lebih baik di masa
mendatang.
Dalam
beberapa hal termasuk mendidik perlu disadari bahwa “kunci” sangat diperlukan
dan orang tua perlu melihat bakat mereka, bukan pada kekurangan yang sebenarnya
sudah menjadi kodrat bagi setiap kita untuk memiliki kesalahan.
Wallahul ‘Alam
Bisshawab_!
0 komentar:
Posting Komentar