Sabtu, 06 Februari 2016

RASA = FUNGSI SINUS . . ?

07.10 Posted by Unknown No comments
Gorontalo, 24 April 2010
Sedikit Mengenai Rasa:
“ RASA = FUNGSI SINUS . . ? “
Bismillahirrohmanirrohim…
“Ketahuilah para pembaca sekalian, bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya kau teruskan pada generasi berikutnya !”


Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu !!
Sekedar merefleksi kembali mengenai apa dan bagaimana rasa itu dalam artian luas. Rasa, saya ingin membawa Anda pada masa remaja Anda, masa dimana Anda, saya, dan semua orang merasakan indahnya hidup di dunia, , , katanya sich . . !
Sedikit saja kita berfikir mengenai rasa dan perasaan maka kita akan terbawa pada rasa-rasa lain yang biasanya kita rasakan. Biasanya rasa itu muncul sebagai akibat dari upaya yang dilakukandalam rangka pencapaian sebuah rasa yang  lain. Jika saya menganalogikan seperti itu maka, contoh kasusnya adalah saat kita makan nasi goreng pedas. Rasa itu muncul sebagai akibat dari upaya kita untuk memenuhi kesempurnaan dari sebuah rasa yang namanya nasi goreng. Keinginan itu membuat kita melakukan upaya menambahkan rasa pedas dalam nasi goreng tersebut. Mungkin analoghi sederhana ini bisa mewakili rasa-rasa yang lain.
Apa Itu Rasa . . ?
Mungkin itu pertanyaan yang harusnya dibahasa dari awal tulisan ini. Beberapa menit termenung dan berfikir, saya menyimpulkan secara sepihak bahwa rasa itu merupakan akibat dari apa yang akan, sedang, dan telah kita lakukan, (urutan waktunya kacau yach . . ?). Hampir semua yang kita lakukan menimbulkan akibat pada rasa, rasa sedu saat ditinggal seseorang dalam jangka waktu yang panjang, rasa senang dan bangga saat berhasil memenangkan sebuah perlombaan/pertandingan, atau rasa kecewa saat kalah dalam sebuah kompetisi. Sekarang, bagaimana saat kita bermimpi.? Apa yang kita rasakan saat itu. .? mungkin butuh waktu untuk saya pribadi untuk merenungi masalah ini, dan akan saya jawab meskipun kita berbeda.
Terlepas dari semua yang meng-cover-i rasa ini, saya berfikir kenapa sebagian orang gila-gila dan bahkan sampai mati-matian membela dan mempertahankan rasa yang mereka miliki. ? Apakah rasa/perasaan itu adalah hal yang mutlak dan absolut, yang begitu fundamentalis untuk dibela sampai titik darah penghabisan. ? (sok heroik yach . ?)
  Dari sekian banyak rasa yang pernah saya rasakan dan telah saya alokasikan sedikit waktu  untuk memikirkan rasa-rasa itu, ternyata (inipun kalo nggak salah) rasa itu bisa berubah tidak beraturan dengan rentangan waktu yang tidak tentu, meskipun terkadang rasa itu bisa saja kembali muncul sebagai akibat dari respon terhadap suatu hal yang memiliki hubungan dengan rasa/perasaan itu. Intinya, rasa bukanlah hal yang selalu mutlak untuk dibela gila-gilaan atau bahkan mati-matian kecuali bila rasa itu berkaitan dengan suatu hal yang benar-benar principle, dan/atau bahkan mengenai penindasan kontinyu bagaimana pun bentuknya.
Taqwa, Iman, Cinta, Benci, Sakit, Lapar, dll = Rasa/Perasaan = Fungsi Sinus = . . ?
Fungsi Sinus menggambarkan sebuah gelombang yang naik-turun dari garis koordinat, melambangkan sebuah hal yang dinamis dan bergerak tidak tetap. Tidak tetap di sini tidak berlaku pada hal-hal yang telah disusun secara sisitematis, terkoordinir dan structural serta sistemik.
Jika rasa rindu pada seseorang atau suasana bisa berkurang dan hilang dalam sebuah perjalanan waktu, maka apa bedanya dengan fungsi sinus. . ?
Ini menandakan bahwa rasa itu perlu diberikan alokasi waktu beproses dan difikirkan sebelum kita gila-gilaan dan mati-matian untuk membelanya, (tapi masing-masing Anda punya hak kok . . .). Ingat kawan, semua bisa berubah dan terjadi dalam setiap perubahan waktu.
Terus berfikir dan mengkritisi rasa/perasaan dan semua yang akan kita lakukan sehingga akan membuat dan membawa kita dalam posisi yang lebih mengerti dan mengetahui rasa yang hakiki dan tentunya pantas untuk dibela mati-matian dalam keadaan hidup.
Salam Perjuangan . . !
Faidza Adzamta Fatawakqalallah,
Wallahul Mu’afiq Illa Aqwamithariq,
Wassalamu Alaikum Wr, Wb.


                                                                                      Supartomo Syarief

0 komentar:

Posting Komentar