Gorontalo,
24 April 2010
Sedikit
Mengenai Rasa:
“
RASA = FUNGSI SINUS . . ? “
Bismillahirrohmanirrohim…
“Ketahuilah para pembaca sekalian, bahwa aku dan Allah
sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya kau teruskan pada generasi
berikutnya !”
Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu !!
Sekedar
merefleksi kembali mengenai apa dan bagaimana rasa itu dalam artian luas. Rasa,
saya ingin membawa Anda pada masa remaja Anda, masa dimana Anda, saya, dan
semua orang merasakan indahnya hidup di dunia, , , katanya sich . . !
Sedikit
saja kita berfikir mengenai rasa dan perasaan maka kita akan terbawa pada
rasa-rasa lain yang biasanya kita rasakan. Biasanya rasa itu muncul sebagai
akibat dari upaya yang dilakukandalam rangka pencapaian sebuah rasa yang lain. Jika saya menganalogikan seperti itu
maka, contoh kasusnya adalah saat kita makan nasi goreng pedas. Rasa itu muncul
sebagai akibat dari upaya kita untuk memenuhi kesempurnaan dari sebuah rasa
yang namanya nasi goreng. Keinginan itu membuat kita melakukan upaya
menambahkan rasa pedas dalam nasi goreng tersebut. Mungkin analoghi sederhana
ini bisa mewakili rasa-rasa yang lain.
Apa
Itu Rasa . . ?
Mungkin
itu pertanyaan yang harusnya dibahasa dari awal tulisan ini. Beberapa menit
termenung dan berfikir, saya menyimpulkan secara sepihak bahwa rasa itu
merupakan akibat dari apa yang akan, sedang, dan telah kita lakukan, (urutan
waktunya kacau yach . . ?). Hampir semua yang kita lakukan menimbulkan akibat
pada rasa, rasa sedu saat ditinggal seseorang dalam jangka waktu yang panjang, rasa
senang dan bangga saat berhasil memenangkan sebuah perlombaan/pertandingan,
atau rasa kecewa saat kalah dalam sebuah kompetisi. Sekarang, bagaimana saat
kita bermimpi.? Apa yang kita rasakan saat itu. .? mungkin butuh waktu untuk saya
pribadi untuk merenungi masalah ini, dan akan saya jawab meskipun kita berbeda.
Terlepas
dari semua yang meng-cover-i rasa ini, saya berfikir kenapa sebagian orang
gila-gila dan bahkan sampai mati-matian membela dan mempertahankan rasa yang
mereka miliki. ? Apakah rasa/perasaan itu adalah hal yang mutlak dan absolut,
yang begitu fundamentalis untuk dibela sampai titik darah penghabisan. ? (sok
heroik yach . ?)
Dari sekian banyak rasa yang pernah saya
rasakan dan telah saya alokasikan sedikit waktu
untuk memikirkan rasa-rasa itu, ternyata (inipun kalo nggak salah) rasa
itu bisa berubah tidak beraturan dengan rentangan waktu yang tidak tentu,
meskipun terkadang rasa itu bisa saja kembali muncul sebagai akibat dari respon
terhadap suatu hal yang memiliki hubungan dengan rasa/perasaan itu. Intinya,
rasa bukanlah hal yang selalu mutlak untuk dibela gila-gilaan atau bahkan
mati-matian kecuali bila rasa itu berkaitan dengan suatu hal yang benar-benar
principle, dan/atau bahkan mengenai penindasan kontinyu bagaimana pun
bentuknya.
Taqwa,
Iman, Cinta, Benci, Sakit, Lapar, dll = Rasa/Perasaan = Fungsi Sinus = . . ?
Fungsi
Sinus menggambarkan sebuah gelombang yang naik-turun dari garis koordinat,
melambangkan sebuah hal yang dinamis dan bergerak tidak tetap. Tidak tetap di
sini tidak berlaku pada hal-hal yang telah disusun secara sisitematis,
terkoordinir dan structural serta sistemik.
Jika
rasa rindu pada seseorang atau suasana bisa berkurang dan hilang dalam sebuah
perjalanan waktu, maka apa bedanya dengan fungsi sinus. . ?
Ini
menandakan bahwa rasa itu perlu diberikan alokasi waktu beproses dan difikirkan
sebelum kita gila-gilaan dan mati-matian untuk membelanya, (tapi masing-masing
Anda punya hak kok . . .). Ingat kawan, semua bisa berubah dan terjadi dalam
setiap perubahan waktu.
Terus
berfikir dan mengkritisi rasa/perasaan dan semua yang akan kita lakukan
sehingga akan membuat dan membawa kita dalam posisi yang lebih mengerti dan
mengetahui rasa yang hakiki dan tentunya pantas untuk dibela mati-matian dalam
keadaan hidup.
Salam
Perjuangan . . !
Faidza
Adzamta Fatawakqalallah,
Wallahul
Mu’afiq Illa Aqwamithariq,
Wassalamu
Alaikum Wr, Wb.
Supartomo Syarief
0 komentar:
Posting Komentar