Sabtu, 06 Februari 2016

KETAKUTAN MASA DEPAN

08.56 Posted by Unknown No comments
Gorontalo 10 Februari 2013

KETAKUTAN MASA DEPAN
(Sebuah Pesan Untuk Masa Depan)

Bismillahirrohmanirrohim…
“Ketahuilah para pembaca sekalian,
bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya kau teruskan
pada generasi berikutnya !”


Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu !!
Kepada Allah, Sang Penguasa segala yang terlihat dan segala yang tak nampak saya berlindung dari ketakutan mimpi buruk dan pikiran-pikiran yang menyesatkan.
Awal dari tulisan ini, salam dan sapa buat sahabat-sahabiyah yang menjadi sumber inspirasi dalam setiap gerak dan langkah. Semoga sahabat-sahabiyah sekalian selalu dalam lindungan dan naungan-Nya.
Dan mohon maaf bila ada pihak yang tersinggung, karena dalam tulisan ini tak ada niat untuk menyinggung secara tidak langsung apalagi secara terang-terangan menuliskan karakter seorang oknum. Tulisan ini adalah pesan buat kita generasi KPMIPM yang semakin jauh melangkah maka akan semakin banyak yang menggoda, semakin tinggi maka semakin kencang angin menerpa. Tiada lain tulisan ini sebagai bentuk kepedulian yang lembut, yang secara anggun saya suguhkan lewat yang saya bisa (tulisan).
Izinkan saya terlebih dahulu bernostalgia dan merindu masa lalu.
Sejak tahun 2008 kita telah berjalan bersama, kemudian berlari sekuat tenaga lalu terengah-engah seakan nafas tak lagi mampu kita telan. Dengan pijakan dan mimpi indah telah terbangun sebuah rumah kecil yang kelak akan menjadi istana megah tempat bernaung beratus, beribu, bahkan berjuta manusia yang akan ditempa dan diasah menjadi insan-insan terpilih. Itulah yang kita kejar, yang sebagian orang mengira kita berlari tanpa tujuan atau sekedar berlari untuk kesenangan semata; tak berguna.
Namun setapak demi setapak, selangkah demi selangkah ternyata kita sekarang berada di tengah jalur yang begitu besar, masuk dalam kompetisi keilmuan dan kualitas yang dahulu sekedar mimpi. Dengan berbagai cara dan formula dilahirkan jalan-jalan yang tak biasa meski terkadang kontroversi tak dapat dihindari dan “perkelahian” argumen para petinggi tak dapat dibendung dalam ruangan sempit.
Dengan pertarungan sengit dan mengorbankan “darah” yang keluar dari pori-pori ketegangan maka selayaknya sebuah diskusi, cepat atau lambat harus ada yang terlahirkan dari rahim-rahim intelektual murni. Tentu melahirkan itu pedih, namun kebanggaan tentunya menyertai apatah lagi setelah pertarungan yang tidak jarang membuat kuping merah, adu ketegangan terjadi dan setelahnya jabatan tangan dan pelukan hangat kembali diperlihatkan sebagai simbol sportivitas dan demokrasi yang tinggi nan sehat.
Singkat cerita, semua isi kepala para petinggi itu kemudian direalisasikan dan sebagiannya dijadikan hukum-hukum tertulisan, dan sebagian yang lain menjadi hukum yang sekedar tertulis dalam benak dan kebiasaan. Ciri khas telah nampak, saling mengasihi, saling menghormati, saling menyayangi yang dibingkis dalam satu istilah “sistem senioritas” berjalan dan mengakar ke tanah dengan kuat, menggapai ke langit dengan mantap.
Bila kelak para warga kita konsisten dengan budaya ini maka dapat dipastikan kepuasan dan kebanggan penuh milik kita bersama dengan kualitas warga/kader yang tak perlu diragukan.
Mimpi-mimpi ini memang sangat manis, namun maafkan saya ketika mimpi di suatu malam menjadikan mimpi-mimpi kita hilang kemantapan. Namun bukan itu maksud saya menuliskan mimpi berikut, tapi lebih pada memberikan sinyal bahwa ada kemungkinan lain yang bisa terjadi bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda dan kemudian dapat dijadikan pijakan dan dalam mengambil langkah antisipasi sebelum mimpi buruk ini benar-benar terjadi.
Silahkan Simak dengan Bijaksana dan Pikiran yang Positif.
Ada begitu banyak ketakutan yang sebenarnya tersirat dalam mimpi singkat itu namun dengan berbagai keterbatasan maka hanya akan dipaparkan sebagian kecil yang saya anggap sebagai inti dan bisa menjadi bom waktu bagi keberlangsungan organisasi ini.
Saya semakin takut dengan suatu masa dimana masa itu akan menjadi saksi hilangnya budaya khas dan mulia yang menciptakan keharmonisan antar warga organisasi yang mati-matian telah dilahirkan oleh para petinggi kita. Bukan untuk mereka ketakutan ini, tapi untuk generasi setelahnya.
Saya takut suatu saat nanti akan terlahir mental dimana yang satu semakin terlena (menikmati) ketakutan yang lainnya, karena lebih senangnya mengeluarkan nada-nada keras dibanding dengan anggun menjelaskan maksud hati masing-masing. Entah kenapa saat itu sebagian dari kita lebih senang melihat sebagian yang lain merasa bersalah dan dikalahkan, seolah-olah kita-lah yang paling benar dan tak terkalahkan, begitu sulitnya untuk mengalah hanya karena ego.
Entah bagaimana jadinya seandainya hal ini terjadi, ketika dalam forum yang hangat sebagian yang lain manggung-mangguk dengan keputusan sebagian yang lain namun sejenak setelah itu disusul dengan “diskusi kecil” yang memprihatinkan. Bagaimana tidak, diskusi kecil ini hanya mencemooh sebagian dari anggota forum sebelumnya, sehingga saat berhadapan saling memuji (yg entah tulus atau sekedar 'koprol' semata), namun saat berpisah saling menghardik dan menertawakan kesalahan.
Dulu para petinggi organisasi ini saling berdebat hebat atas nama “kebaikan dan kemajuan organisasi” karena memiliki cara yang berbeda, namun setelahnya secara bersama-sama mereka akan meridhai keputusan bersama sebagai mental pemimpin yang menjunjung tinggi demokrasi. Namun pada mimpi itu, para warga organisasi juga saling berdebat tidak kalah hebatnya dengan para pendahulunya, atas nama “kebaikan organisasi” juga ternyata. Namun yang membuat saya ragu adalah setelah diputuskan dengan cara yang demokratis (musyawarah-voting) maka satu pihak “mengangkat tangan” sebagai simbol ketidak-relaannya dan melepas tangan serta memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada pihak lain untuk persoalan yang sedang dibahas. Saya kira oraganisasi kita tak butuh pihak oposisi.
Saya takut ini adalah tanda ego yang kurang pengawasan dari super-ego. Dan bila ini berkepanjangan, saya takut jiwa-jiwa yang lain akan merasa tak berguna, tak dihargai suaranya. Sebagian besar masalah internal organisasi berasal dari sini, yaitu kurangnya sikap saling menghargai pendapat orang lain.

SEMOGA MIMPI BURUK INI TIDAK AKAN TERJADI !
saya harap anda meng-Aamiin-kan.

Salam Berfikir dan Bertindak Cerdas !



Supartomo Syarief

0 komentar:

Posting Komentar