Jumat, 12 Februari 2016

BUDAYAKU HILANG KEMANA ?

19.54 Posted by Unknown No comments
Assalamu'alaikum sahabat-sahabiyah..
Ane ada tulisan, tulisan ini sebenarnya so lama cma tidak pernah diposting karena dulu cuma jaga ba tulis, tidak jaga ba post..
Oke, ini sebenarnya tulisan 2013, waktu itu ane jaga ba kompor taman2 supaya mendalami, paling tidak beberapa dari torang saja.. mendalami budaya deng tradisi pa torang.. 
Karena bagi ane, budaya itu ciri kesejatian torang, dari mana torang berasal..
Ane juga dulu sempat ba kompor beberapa teman supaya ba gale, ba cari apa sebenarnya aksara aslinya torang (Parimo).. Kan tidak mungkin ada negara tanpa administrasi, ada kerjaan tapi tidak ada komunikasi dengan kerajaan lain.. salah satunya tentu bukan telephone, tapi surat.. Ane juga berpikir, tidak mungkin torang pake aksaran latin.. kan masih tempo dulu ini dia yang torang bahas..

Karena kompor-kompor itu, muncul ini tulisan, spesial buat anak-anak KPMIPM di Gorontalo.. sebenarnya ini tulisan belom kelar, cuma sow lama tidak di-update jadi sow bagini ini depe mocel dari dulu, ba abu, banyak sarang laba-laba.. cuma sow da seka-seka sdaiki itu kasiang.../

Selamat membaca eee...
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

BUDAYAKU HILANG KEMANA ?
Oleh:
SupartomoSyarief
Kesatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia
Parigi Moutong
(KPMIPM)
Di Kota Gorontalo
Jumat, 22 Februari 2013


Bismillahirrohmanirrohim…

“Ketahuilah para pembaca sekalian,
bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya
kamu teruskan pada generasi berikutnya !”

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu !!

Aku takut suatu hari nanti kita benar-benar “kehilangan jati diri”.
Bagaimana tidak, saat itu kita tak lagi bangga dengan budaya nasional, apatah lagi budaya lokal.
Padahal sejatinya, budaya lokal inilah yang menjadi cikal bakal budaya nasional dan akhirnya yang menjadikan Indonesia dikenal salah satunya adalah karena budayanya yang banyak dan unik.
Aku juga takut kita akan menjadi Turki kedua, yang karena ambisi “modern-nya” lalu mengabaikan budaya asli dan bahkan budaya tradisionalnya. Lihatlah bagaimana huruf mereka (dengan bahasa arab) kemudian diganti dengan huruf latin, lalu anak-cucu mereka tak tahu dari mana mereka berasal. Padahal sejatinya modernitas tidaklah harus menjadi kebarat-baratan (westernisasi), dan meskipun modern menjadi tujuan, tapi cara untuk menjadi modern tidak harus sama persis dengan mereka yang mencetuskan modernitas karena kita punya pilihan mencari jalan lain untuk sampai pada tujuan yang sama.
Sekarang, berapa banyak di antara kita yang mengerti dan paham dengan budaya lokal kita masing-masing ? “Yang lain menjadi abu, dan yang lain lagi menjadi arang”.
Beginilah kita yang terlalu keenakan melihat ke depan tanpa sadar bahwa bekal kita ketinggalan di belakang, lantas apa yang akan kita gunakan berpayung dalam hujan, berteduh di bawah terik dan panasnya matahari ?
Begitu banyak yang diwariskan orang-orang tua kita yang terdahulu yang karena mereka hidup pada zaman “kuno” lalu kita yang “modern” mengabaikan nasihat mereka dalam tulisan-tulisan mereka di atas daun dan kulit lontar.
Banyak yang mati,---mati saja, karena tiada yang mengenang padahal kita telah diingatkan akan hal itu, “kenang, kenanglah kami/ teruskan, teruskan perjuangan kami/”, tapi kita menghianati wasiat ini.
Terus, akankah perjuangan mereka kita nilai dengan lupa dan tak sedikitpun rasa terima kasih ?
“Kami sudah coba apa yang kami bisa /Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa”. Lalu pada siapa mereka mengeluh ? Pada siapa mereka menggantungkan asa dan harapan ?
“Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan /Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan /ATAU TIDAK UNTUK APA-APA”.

Salam Berpikir,
dan Bertindak Cerdas_!
Salam Hormat,
                                                                                                                                            

Supartomo Syarief

________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Oowgh iya, info mengenai Turki itu zaman Kemal, inga toh? Inga jow...
Oke, selamat berjumpa lagi di postingan berikutnya..
Salam damai penuh cinta buat para PEMBENCI.. *salah lagi*


0 komentar:

Posting Komentar