SISTEM SENIORITAS

Gorontalo, 26 April 2010.

Refleksi Status dan Peran Senior

“ SISTEM SENIORITAS “

Bismillahirrohmanirrohim…

“Ketahuilah para pembaca sekalian, bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !

Semoga cinta-ku dan cinta-Nya kau teruskan pada generasi berikutnya !”

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu !!

Hampir satu periode saya memikul gelar “senior” di organisasi intra maupun ekstra kampus Universitas Negeri Gorontalo, tempat saya menuntut ilmu. Dengan laju waktu yang tidak begitu terasa, saya menikmati gelar itu, saya terlena dan tidak sadarkan diri dengan gelar mulya itu namun sayang, sangat berbeda dengan maknanya dengan melihat sifat dan sikap saya selama ini yang sanga jauh dari pemaknaan senior.

Apa Itu Senior . . ?

Mungkin “senior” sering kita artikan sebagai orang-orang yang lebih dulu masuk pada sebuah organisasi atau lembga akademi, kmudian berproses samapai angkatan berikutnya ikut masuk setelah periode berikutnya, maka merekalah senior atas orang-orang yang baru masuk . . ? Tentu tidak hanya sekedar itu kawan . . !

Senior adalah pemimpin, guru, dan contoh . . .

Tentunya seorang pemimpin tidak hanya dapat mengeluarkan kalimat, “Dengarkan Aku, Namun Jangan Ikuti Perbuatanku. . .”. Senior merupakan orang yang dapat member contoh dan menjadi contoh atas hal-hal yang baik dalam bidang apapun, dimanapun, dan kapanpun. Sehingga perbedaan senior-junior tidak hanya saja terletak pada usia dan administrasi organisasi, tapi juga dari segi etika, intelektual dan moral.

Sudah Pantaskah Menjadi Senior . . ?

Mejawab pertanyaan itu tentunya kita perlu melirik hal-hal yang membedakan senior dan junior. Mungkin salah satunya adalah pengalaman dan kedewasaa perilaku oraganisasi dan kecakapan komunikasi organisasi. Tapi itu hanya sebagian kecil, yang jelas seorang senior adalah lebih dri sekedar senior usia dan administrasi organisasi.

Saya sendiri masih berfikir dan merasa haus akan pengkaderan, training-trainning, follow up, diskusi, kajian-kajian dll yang dapat menjadian saya sebagai senior yang benas-benar senior yang patut menjadi contoh dan figure yang baik, dapat member motivasi dan menjadi sumber inspirasi, menjadi penyemangat dikala semangat sedang down, seperti kata Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.

Cukup dilema mengingat paksaan waktu yang membuat ketidaksiapan diri  menjadi timbul dan menggerogoti isi kepala, namun saya juga sadar  bahwa hal ini bukan sepenuhnya kesalahan dari sang waktu. Kesadaran itu membuat hasrat untuk membedah dan mengkaji buku semakin tinggi dan menjulang semakin tingginya saja yang membuat mataku semakin kosong dalam kesedihan dan penyesalan atas begitu banyaknya waktu yang terbuang sia-sia.

Ternyata seminar, diskusi, dialog yang dulu saya lalui dengan acuhnya, kini menjadi sangat berharga dalam hitungan kompetensi keilmuan. Fikiranku seakan berkata, duduk di atas bangku perkuliahan sambil mendengar dosen ngoceh tidak begitu penting dibanding menjadi peserta dialog focus dengan teman-teman. Aneh bukan.? Tapi inilah pemikiranku sekarang. Anda tak perlu mengikuti pikiran awam ini, karena Anda hanya perlu mengantisipasi agar apa yang kini saya rasakan tidak akan Anda rasakan dalam dinamika keorganisasian dan akademik Anda.

Meskipun saya sedikit merasa legah karena mengetahui kekurangan selama ini dengan rasa bangga yang sangat maya sebagai senior, namun masih saja saya terganggu dengan ketidakpastian akan kedudukan dan peran sebagai senior.

Renungan ini mungki berawal dari goresan penah seharga Rp. 1.500,00, namun Anda juga bisa menjadi bagian dari renungan sederhana ini.

Wallahul Mu’afieq Illa Aqwamitharieq,

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

                                                                                 Supartomo Syarief