SALAH
KAPRAH FEMINISME
(Gorontalo,
3 Januari 2012)
Bismillahirrohmanirrohim…
“Ketahuilah para pembaca sekalian, bahwa aku dan Allah
sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya kau teruskan pada generasi
berikutnya !”
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu !!
Feminisme merupakan paham yang memperjuangkan
emansipasi wanita yang telah berlangsung cukup lama dan perjuangan dari para
feminis ini pun bukan merupakan perjuangan yang sia-sia karena seperti yang
kita lihat sekarang perbedaan antara pria dan wanita dilihat dari aspek hak
untuk bekerja di luar rumah dan perannya begitu progresif bahkan signifikan
bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Sebenarnya, bukan merupakan sebuah kesalahan jika
perjuangan itu mereka lakukan dengan harapan kelak perjuangan itu akan bermuara
pada kembalinya hak-hak wanita secara layak dan sesuai dengan azas kemanusiaan
seharusnya. Cukup beralasan jika tujuan itu menjadi landasan mereka untuk
melakukan pejuangan emansipasi wanita, karena mereka kaum wanita pun memiliki
hak untuk bebas dari marjinalitas atau bahkan marjinalisasi terhadap wanita
yang sengaja diciptakan oleh beberapa oknum dan bahkan ada yang telah
membudaya, mengakar dalam tradisi kehidupan masyarakat tertentu.
Hal serupa yang telah terjadi jauh sebelum hari ini
adalah ketika Masa Jahiliah. Kaum wanita pada masa itu tidak memilik nilai
apa-apa karena menurut pemikiran masa itu adalah bahwa wanita tidak dapat
melanjutkan bani mereka dan hanya
akan menjadi beban bagi keluarga yang memeliharanya hingga anak yang baru lahir
kemudian diketahui adalah seorang wanita maka ia akan dikubur hidup-hidup dalam
keadaan belum mengetahui apa-apa.
Melihat hal tersebut, maka menjadi sebuah kewajaran jika keinginan
mereka untuk lepas dari ketertindasan dan kesewenangan lawan jenis, mereka
lakukan dengan ide dan realisasi yang penuh dengan kobaran semangat dan
pikiran-pikiran yang terkadang membuat sebagian orang tercengang karena
ternyata ide-ide yang mereka hasilkan merupakan ide yang mampu menyaingi bahkan
memiliki peluang untuk mengalahkan bobot pemikiran kaum pria.
Dengan kenyataan itu, kesuksesan yang dicita-citakan
oleh kaum feminis mampu mereke buktikan kepada dunia dan kaum kontra feminism
bahwa apa yang mereka perjuangan memiliki landasan yang kuat, bahkan mereka
telah mampu buktikan hal tersebut dewasa ini.
Meski telah mendapat dukungan dan massa yang cukup
besar, namun femisnisme tidak begitu saja diterima oleh masyarakat luas,
terutama mereka yang fanatic pada hukum syari’. Menurut mereka pria merupakan
pemimpin bagi wanita dan wanita semestinya harus bertahan dalam rumah untuk
mengurusi segala pekerjaan-pekerjaan rumahan seperti memasak, mencuci, menjaga
anak-anak dan hal lain yang kaum pro feminisme merasa perlu reformasi mengenai
cara pandang dan pola berpikir masyarakt pada umunya yang menganggap wanita
hanya memilik tiga tugas pokok(3 –ur), yaitu dapur, sumur dan kasur.
Setelah mendapat hak untuk melakukan kerja di luar
rumah dan tidak sekedar kerja rumahan yakni mereka sudah mampu dan bisa
mendapatkan pekerjaan seperti yang mereka inginkan, namun kerakusan manusia
ternyata telah bersemayan dalam dada tiap mereka yang mendukung secara
terang-terangan atau sembunyi-sembunyi gerakan feminisme.
Tidak cukup dengan diberi kesempatan utnuk bekerja
dan beraktivitas di luar rumah namun ternyata feminis ini berpikir bahwa apapun
yang dapat dilakukan oleh pria pasti mampu dilakukan oleh wanita,karena
perbedaan antara pria dan wanita menurut mereka hanya perbedaan dalam bentuk
gender dan fisik, selain itu semua bersifat subjektif di mana semua orang mampu
dan diperbolehkan untuk melakukannya tergantung dari kemauan dan kemampuan si
pemilik diri. Jika pria mampu melakukan pukulan-pukulan kuat dalam olahraga
tinju, maka mereka pun (kaum feminis) diperbolehkan untuk mencoba dan
melakukannya tanpa ada perbedaan antar pria dan wanita, juga termasuk dalam
beribadah (shalat).
Karena menurut paham mereka bahwa perbedaan antara
pria dan wanita hanya dalam bentuk fisik dan gender, sedang peran dan tugas
adalah berdasarkan kemampuan masing-masing individu, maka dalam shalat pun yang
seharusnya pria wajib menjadi imam namun tidak demikian dengan pemeluk fanatic
paham ini, pria-wanita bisa menjadi imam dalam shalat berjamaah tergantung
kemampuan mereka untuk mampu atau tidak memimpin shalat. Hingga dalam keadaan
yang begitu ekstrem, kaum ini nekad untuk melakukan shalat jumat yang diimami
oleh seorang wanita dan bermakmumkan campuran antara pria-wanita serta dilakukan
di dalam sebuah gereja.
Pada masalah yang berbeda, kaum feminis juga
berpendapat bahwa wanita memiliki hak prerogative terhdap dirinya, dalam arti
bahwa wanita tersebut memiliki hak tak terbatas akan diri dan tubuhnya,
termasuk kebebasan dalam mengeksploitasi dirinya. Selain itu, berdasarkan paham
ini kaum wanita juga berhak menentukan pilihan mau atau tidak ia melahirkan,
tidak terkecuali melakukan tindakan aborsi jika diinginkan.
Keserakahan dan lupa diri telah membawa niat suci
menjadi sebuah hal yang sangat merugikan dan mengerikan. Bagaimana tidak, atas
nama feminisme dan emansipasi wanita para feminis melakukan tindakan-tindakan
yang begitu di luar control hingga begitu liarnya.
Wanita adalah sebuah sosok yang begitu istimewa,
diciptakan dari sebuah bagian kecil dari pria yang juga begitu istimewa dan
unik. Diciptakannya wanita di antara pria adalah untuk menjadi pelengkap atas
kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh sosok yang bernama pria.
Bukan untuk menjadi saingan atau bahkan musuh bagi
kaum pria, namun wanita merupakan mitra dan penasihat bagi kaum pria yang penuh
dengan keterburu-buruan dalam bertindak, kepala dan hati yang cepat panas maka
wanita adalah penyejuk akan rasa panas itu.
Tidak hanya istimewa dan unik dalam bentuk asal dan
kejadian, namun juga istimewa dalam kedudukan dan derajat. Hingga dalam sebuah
hadits pun digambarkan dengan jelas bahwa wanita lebih tinggi derajatnya juga
termasuk cara penghormatan dibanding kepada kaum pria.
Namun, salah satu alasan mengapa wanita kurang
dianjurkan untuk menjadi pemimpin bagi kaum pria adalah karena wanita lebih
sensitif perasaannya sehingga tingkat kelabilannya pun sangat tinggi dan hal
ini akan sangat tidak menguntungkan ketika sedang melakukan
pertimbangan-pertimbangan untuk mengeluarkan sebuah kebijkan atau keputusan.
Dan hal inilah yang telah terjadi dalam perjalanan
feminisme belakangan ini. Para feminis telah lepas dari koridornya dan hilang
pertimbangan hingga mereka tidak sadar bahwa perjuangan mereka telah jauh dari
cita-cita dan tujuan sebenarnya.
Selayaknya pencetus feminisme murni sedang meratapi
kesenduannya karena gagasannya seakan menjadi seekor kelinci percobaan dalam
laboratorium yang diharapkan mampu menjadi sampel dan mewakili manusia dalam
mencari dan menemukan obat yang berguna bagi kehidupan namun kini kelinci lucu
itu telah lepas, liar dan bertaring menakutkan serta lepas kendali. Kini
kelinci itu bergentayangan di luar laboratorium (masyarakat, red) dan semakin
hari semakin banyak populasinya karena dia mampu melakukan reproduksi
(kaderisasi, red). Masyarakat pun semakin cemas akan masalah ini, karena dewasa
ini para feminis telah berlebihan memaknai feminisme.
Sosok indah itu kini menjadi sosok yang menakutkan
dan penuh dengan kekejaman moral karena paham yang tidak dipahami secara
proporsional. Feminisme, pengikutnya telah salah kaprah memahami ideologinya.
0 komentar:
Posting Komentar