Sabtu, 06 Februari 2016

SALAH KAPRAH FEMINISME

08.48 Posted by Unknown No comments
SALAH KAPRAH FEMINISME
(Gorontalo, 3 Januari 2012)

Bismillahirrohmanirrohim…
“Ketahuilah para pembaca sekalian, bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya kau teruskan pada generasi berikutnya !”


Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu !!
Feminisme merupakan paham yang memperjuangkan emansipasi wanita yang telah berlangsung cukup lama dan perjuangan dari para feminis ini pun bukan merupakan perjuangan yang sia-sia karena seperti yang kita lihat sekarang perbedaan antara pria dan wanita dilihat dari aspek hak untuk bekerja di luar rumah dan perannya begitu progresif bahkan signifikan bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Sebenarnya, bukan merupakan sebuah kesalahan jika perjuangan itu mereka lakukan dengan harapan kelak perjuangan itu akan bermuara pada kembalinya hak-hak wanita secara layak dan sesuai dengan azas kemanusiaan seharusnya. Cukup beralasan jika tujuan itu menjadi landasan mereka untuk melakukan pejuangan emansipasi wanita, karena mereka kaum wanita pun memiliki hak untuk bebas dari marjinalitas atau bahkan marjinalisasi terhadap wanita yang sengaja diciptakan oleh beberapa oknum dan bahkan ada yang telah membudaya, mengakar dalam tradisi kehidupan masyarakat tertentu.
Hal serupa yang telah terjadi jauh sebelum hari ini adalah ketika Masa Jahiliah. Kaum wanita pada masa itu tidak memilik nilai apa-apa karena menurut pemikiran masa itu adalah bahwa wanita tidak dapat melanjutkan bani mereka dan hanya akan menjadi beban bagi keluarga yang memeliharanya hingga anak yang baru lahir kemudian diketahui adalah seorang wanita maka ia akan dikubur hidup-hidup dalam keadaan belum mengetahui apa-apa.
Melihat hal tersebut,  maka menjadi sebuah kewajaran jika keinginan mereka untuk lepas dari ketertindasan dan kesewenangan lawan jenis, mereka lakukan dengan ide dan realisasi yang penuh dengan kobaran semangat dan pikiran-pikiran yang terkadang membuat sebagian orang tercengang karena ternyata ide-ide yang mereka hasilkan merupakan ide yang mampu menyaingi bahkan memiliki peluang untuk mengalahkan bobot pemikiran kaum pria.
Dengan kenyataan itu, kesuksesan yang dicita-citakan oleh kaum feminis mampu mereke buktikan kepada dunia dan kaum kontra feminism bahwa apa yang mereka perjuangan memiliki landasan yang kuat, bahkan mereka telah mampu buktikan hal tersebut dewasa ini.
Meski telah mendapat dukungan dan massa yang cukup besar, namun femisnisme tidak begitu saja diterima oleh masyarakat luas, terutama mereka yang fanatic pada hukum syari’. Menurut mereka pria merupakan pemimpin bagi wanita dan wanita semestinya harus bertahan dalam rumah untuk mengurusi segala pekerjaan-pekerjaan rumahan seperti memasak, mencuci, menjaga anak-anak dan hal lain yang kaum pro feminisme merasa perlu reformasi mengenai cara pandang dan pola berpikir masyarakt pada umunya yang menganggap wanita hanya memilik tiga tugas pokok(3 –ur), yaitu dapur, sumur dan kasur.
Setelah mendapat hak untuk melakukan kerja di luar rumah dan tidak sekedar kerja rumahan yakni mereka sudah mampu dan bisa mendapatkan pekerjaan seperti yang mereka inginkan, namun kerakusan manusia ternyata telah bersemayan dalam dada tiap mereka yang mendukung secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi gerakan feminisme.
Tidak cukup dengan diberi kesempatan utnuk bekerja dan beraktivitas di luar rumah namun ternyata feminis ini berpikir bahwa apapun yang dapat dilakukan oleh pria pasti mampu dilakukan oleh wanita,karena perbedaan antara pria dan wanita menurut mereka hanya perbedaan dalam bentuk gender dan fisik, selain itu semua bersifat subjektif di mana semua orang mampu dan diperbolehkan untuk melakukannya tergantung dari kemauan dan kemampuan si pemilik diri. Jika pria mampu melakukan pukulan-pukulan kuat dalam olahraga tinju, maka mereka pun (kaum feminis) diperbolehkan untuk mencoba dan melakukannya tanpa ada perbedaan antar pria dan wanita, juga termasuk dalam beribadah (shalat).
Karena menurut paham mereka bahwa perbedaan antara pria dan wanita hanya dalam bentuk fisik dan gender, sedang peran dan tugas adalah berdasarkan kemampuan masing-masing individu, maka dalam shalat pun yang seharusnya pria wajib menjadi imam namun tidak demikian dengan pemeluk fanatic paham ini, pria-wanita bisa menjadi imam dalam shalat berjamaah tergantung kemampuan mereka untuk mampu atau tidak memimpin shalat. Hingga dalam keadaan yang begitu ekstrem, kaum ini nekad untuk melakukan shalat jumat yang diimami oleh seorang wanita dan bermakmumkan campuran antara pria-wanita serta dilakukan di dalam sebuah gereja.
Pada masalah yang berbeda, kaum feminis juga berpendapat bahwa wanita memiliki hak prerogative terhdap dirinya, dalam arti bahwa wanita tersebut memiliki hak tak terbatas akan diri dan tubuhnya, termasuk kebebasan dalam mengeksploitasi dirinya. Selain itu, berdasarkan paham ini kaum wanita juga berhak menentukan pilihan mau atau tidak ia melahirkan, tidak terkecuali melakukan tindakan aborsi jika diinginkan.
Keserakahan dan lupa diri telah membawa niat suci menjadi sebuah hal yang sangat merugikan dan mengerikan. Bagaimana tidak, atas nama feminisme dan emansipasi wanita para feminis melakukan tindakan-tindakan yang begitu di luar control hingga begitu liarnya.
Wanita adalah sebuah sosok yang begitu istimewa, diciptakan dari sebuah bagian kecil dari pria yang juga begitu istimewa dan unik. Diciptakannya wanita di antara pria adalah untuk menjadi pelengkap atas kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh sosok yang bernama pria.
Bukan untuk menjadi saingan atau bahkan musuh bagi kaum pria, namun wanita merupakan mitra dan penasihat bagi kaum pria yang penuh dengan keterburu-buruan dalam bertindak, kepala dan hati yang cepat panas maka wanita adalah penyejuk akan rasa panas itu.
Tidak hanya istimewa dan unik dalam bentuk asal dan kejadian, namun juga istimewa dalam kedudukan dan derajat. Hingga dalam sebuah hadits pun digambarkan dengan jelas bahwa wanita lebih tinggi derajatnya juga termasuk cara penghormatan dibanding kepada kaum pria.
Namun, salah satu alasan mengapa wanita kurang dianjurkan untuk menjadi pemimpin bagi kaum pria adalah karena wanita lebih sensitif perasaannya sehingga tingkat kelabilannya pun sangat tinggi dan hal ini akan sangat tidak menguntungkan ketika sedang melakukan pertimbangan-pertimbangan untuk mengeluarkan sebuah kebijkan atau keputusan.
Dan hal inilah yang telah terjadi dalam perjalanan feminisme belakangan ini. Para feminis telah lepas dari koridornya dan hilang pertimbangan hingga mereka tidak sadar bahwa perjuangan mereka telah jauh dari cita-cita dan tujuan sebenarnya.
Selayaknya pencetus feminisme murni sedang meratapi kesenduannya karena gagasannya seakan menjadi seekor kelinci percobaan dalam laboratorium yang diharapkan mampu menjadi sampel dan mewakili manusia dalam mencari dan menemukan obat yang berguna bagi kehidupan namun kini kelinci lucu itu telah lepas, liar dan bertaring menakutkan serta lepas kendali. Kini kelinci itu bergentayangan di luar laboratorium (masyarakat, red) dan semakin hari semakin banyak populasinya karena dia mampu melakukan reproduksi (kaderisasi, red). Masyarakat pun semakin cemas akan masalah ini, karena dewasa ini para feminis telah berlebihan memaknai feminisme.

Sosok indah itu kini menjadi sosok yang menakutkan dan penuh dengan kekejaman moral karena paham yang tidak dipahami secara proporsional. Feminisme, pengikutnya telah salah kaprah memahami ideologinya.

0 komentar:

Posting Komentar