Sabtu, 06 Februari 2016

MILAD VI; Sebuah Langkah Mempertahankan Kearifan Lokal

09.03 Posted by Unknown No comments
MILAD VI
(Sebuah Langkah Mempertahankan Kearifan Lokal)
Gorontalo, 18 Oktober 2014
Apabila ditilik pada sejarah dan konsep dasar yang menjiwai lahir-terbentuknya, maka KPMIPM sebagai organisasi pelajar dan mahasiswa-kedaerahan, dapat ditemui cita-cita KPMIPM akan bermuara pada daerahnya meskipun ada beberapa cita-cita besar yang termasuk dalam konteks nasional. Dapat kita pahami jika cita-cita KPMIPM lebih didominasi oleh keinginan untuk mengembangkan daerahnya karena memang KPMIPM lahir dan tumbuh atas semangat kedaerahan yang pada saat itu termasuk krisis akan persatuan generasinya. Maka pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pertama kali oleh KPMIPM sebelum melangkah pada keikut-sertaanya dalam membangun daerah secara intim ialah membangun persatuan, kesadaran dan kualitas keilmuan serta pengalaman generasi daerahnya.
Selama ini, KPMIPM lebih sering membahas dan memperbincangkan mengenai sosio-politik dan ekonomi yang pada akhirnya seakan lupa pada konsep dasar yang menjadi kesejatian dirinya sebagai generasi daerah.
Kearifan dan budaya lokal seakan menjadi hal yang kolot dan alergi untuk diangkat dalam forum-forum diskusi. Bahkan tema-tema yang diangkat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian sangat jarang diangkat mengenai hal-hal yang berbau budaya asli daerah. Padahal sebagai organisasi kedaerahan seharusnya KPMIPM lebih mengedepankan pelestarian dan revitalisasi budaya lokal dan tentunya tanpa meninggalkan tugas mahasiswa sebagai masyarakat kelas menengah dan insan ilmiah.
Setelah berkiprah selama 6 (enam) tahun sebagai organisasi paguyuban seharusnya KPMIPM sudah melandasi dirinya dengan ideologi kedaerahan sebagai induk ideologinya agar dalam perjalannya dalam menempuh cita-cita besarnya KPMIPM tidak akan kehilangan arah karena telah ada konsep kedaerahan dan kearifan lokal sebagai peta dan arah mata angin yang menuntun jalan KPMIPM yang bukan tidak mungkin akan menemui jalan penuh cadas tajam dan rute yang melelahkan.
Tentunya, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa KPMIPM harus 100% menggunakan konsep kedaerahan yag menurut sekelompok orang merupakan konsep temporer yang tidak sesuai dengan tuntutan kebutuhan kekinian. Bahkan sebenarnya saya ingin mengatakan bahwa konsep kontemporer tetap harus digunakan demi mengimbangi konsep kedaerahan yang bisa jadi kolot, namun tentu kita tidak juga harus meninggalkan konsep orang tua kita secara menyeluruh dan membabi buta.
Jika KPMIPM lebih berani membuka lembaran ‘kuno’ kedaerahan kita maka tentu kita bisa membuktikan bahwa kesejatian kita masih merupakan gambaran nyata dari kearifan lokal daerah dan budaya lokal pun masih lestari di tubuh KPMIPM meski kita berada di tengah-tengah hiruk-pikuk modernisme yang salah kaprah.
Tentu KPMIPM memiliki keinginan untuk tumbuh besar dengan ke-diri-annya yang khas; dengan budaya yang bebas dari intervensi westernisasi.
Kita boleh mencontoh Jepang. Sebuah tatanan kehidupan yang begitu menawan dan mengagumkan menurut saya. Sebuah kompleksitas yang anggun dengan budaya khasnya tapi juga tidak tertinggal dalam hal apapun. Seakan ia tumbuh dari kebudayaan yang begitu istimewa dan kuat sehingga bagaimanapun Jepang yang terkenal dengan modernitas dan perkembangan ipteknya namun Jepang sedikitpun tidak kehilangan jati dirinya. Ini yang saya maksud tumbuh dari akar ideologi yang kuat, sehingga meskipun badai modernisasi dan westernisasi menghantam pohon KPMIPM namun akar ideologinya cukup kuat menggenggam kearifan lokal dan budaya daerahnya.
Inilah sebuah langkah yang harus diambil oleh KPMIPM yang tetap mengikuti kekinian tanpa melupakan dan melepaskan kediriannya sebagai generasi daerah yang berdaulat atas diri dan budayanya.
Tulisan ini hendak saya tutup dengan sebuah pesan bahwa banyak yang akan menggoyahkan kita jika keputusan kita tidak lagi proporsional. Mereka membawa topeng harapan namun dibaliknya terdapat ultimatum dan ancaman. Sebagian dari mereka ialah globalisasi, modernisasi, dan westernisasi.
Demikian, selama ber-MILAD VI, semoga selalu jaya dalam tujuan dan jalur yang benar.
“Aku mencintaimu dengan kegelisahan diri dan pikiranku. Demikianlah cara dan upayaku, maafkan.”

Salam berfikir
Dan Bertindak Cerdas,
Salam.
Hormat saya,





Angkatan 01 KPMIPM

0 komentar:

Posting Komentar