Tadi ane dapat beberapa lembar kertas, isinya curhat, hehehehe :)
Bukan deng, tidak tau apa, tapi kayak boleh-lah untuk diposting..
Berikut yah coret-coret isi kertas itu..
___________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________
Sebuah Catatan Di Waktu Dhuha
(Sebuah Catatan Usang yang Tertinggal)
Gorontalo, Jum’at 22
November 2013
Bismillahirrahmanirrahim
![]() |
Yazid Syarief (Santri Gaul) |
Bacalah dengan menyebut nama
Tuhan-mu, karena Dia-lah yang memberi segala yang kau punya. Dia-lah yang
memberi dua bola mata yang kita gunakan untuk melihat rangkaian huruf yang entah
bagaimana menjadi sebuah simbol bunyi; Dia-lah yang memberi sepasang bibir
indah yang bekerja sama lebih indah dari bentuknya, Dia-lah yang memberi hidung
yang entah bagamana pula menjadi penyeimbang dua alat penglihatan hingga
keduanya tak lagi saling berebut daerah kekuasaan, dan selain itu bentuk dan
posisinya sungguh luar biasa penuh dengan prediksi akan masa depan dan segala
kemungkinan yang sangat mustahil dilakukan oleh selain Dia. Sungguh ku akui
bahwa diri ini akan sangat kerepotan
jika seandainya tugas sekarang (Lima rukun islam-red) diganti dengan membahas
dan menghitung nikmat yang diberikan-Nya meski HANYA pada bagian wajah, SUNGGUH
jiwa dan raga yang kecil ini akan serentak mengangkat tangan. Olehnya, pada-Nya
yang telah memberi segala yang ku punya, ku mohon ampunan dan terima kasih yang
begitu dalam karena telah menjadikan diri yang kecil ini sebagai pilihan dari
berjuta kandidat atau mungkin lebih.
Pada utusan-Nya, ku kirimkan
shalawat dan salam rindu yang terbingkis cinta yang begitu dalam meski tak
sedalam cintanya pada umatnya. Yaa Nabi, salam ‘alaik; ku rindu dirimu, ku
rindu untuk menatapmu. Engkaulah satu-satunya yang ku rindu tanpa pernah ku
melihat wajahmu.
Habiballah, meski ku tak
seindah harapanmu, sangat ku harapkan pengakuanmu atas diriku, sangat ku
harapkan pembelaan dan syafa’atmu pada ummatmu yang bandel ini. Jangan kau ingkari diri ini yaa Rasulallah.
Sahabat,
Begitu indah saat kita
berduaan dengan sang kekasih, mengaduh tentang sulitnya kehidupan, antusias
menceritakan pengalaman yang telah dilalui, yang meski sulit dan berat namun
sampai sekarang kita tetap berdiri dengan gagah; kita masih mampu melaluinya
dengan score kemenangan meski harus
berlelah-letih. Meski tanpa banyak respon, senyumnya menjadikan kita tenang dan
menghelah nafas kebanggan dan sedikit memberi pompa semangat untuk menantang
kehidupan yang lebih bermakna lagi, meski itu berarti lebih berat. Andai sempat
saat itu kita berkaca melihat binar dan cahaya dalam bola mata kita maka itulah
salah satu keindahan yang tak dapat dibeli dengan apapun yang sifatnya materil.
Keindahan saat bersama sang
terkasih dalam hal ini bisa dengan siapapun. Taruh-lah dengan sang ibu, ayah, pasangan, saudara, atau mungkin
sahabat yang telah lama bersama dalam mengarungi kehidupan ini. Namun bagaimana
pun bentuk dan cara kita menjaganya, keindahan itu hanyalah sementara, karena
suatu saat masa akan merenggut mereka dari pelukan kita atau sebaliknya,
kitalah yang akan meninggalkan mereka.
Sahabat,
Salah satu hal yang
mendasar, yang ku rasa perlu kita renungi adalah titik tujuan dari semua
aktivitas kita. Untuk apa kita bekerja? Apakah untuk uang yang banyak? untuk mobil
dan rumah mewah? setelah itu apa yang akan terjadi? apakah dengan pekerjaan
yang gajinya tinggi, mobil dan rumah mewah akan menjamin membawa kita pada
sebuah kepuasan hidup?
Sebagian besar dari orang yang
telah mendapatkan itu malah menjawab dengan begitu pasti dan yakin bahwa semua
itu sangat tidak menjamin kepuasan yang biasanya diwakili dengan kata
‘kebahagiaan’.
Sebuah kata ternyata membawa
kita pada sebuah kesimpulan mendasar akan tujuan dari semua aktivitas yang kita
lakukan termasuk rutinitas yang kita tekuni hingga berpuluh-puluh tahun.
BAHAGIA . . .
Untuk mencapai sebuah
ke-BAHAGIA-an kita mungkin akan sependapat bahwa kita harus sudah terlebih dulu
mengetahui apa dan bagaimana formulasi dari kebahagiaan.
Bagiku sendiri, kebahagiaan
yang paling sederhana adalah mensyukuri nikmat dan bersabar atas segala ujian
dari Tuhan. Namun tentunya kita tidak melepaskan konsep ikhtiar, karena Tuhan
pun memberikan keleluasaan untuk kita berusaha hingga akhirnya Tuhan menjadikan
ikhtiar itu sebagai tolok ukur dalam memberikan nikmat (hasil).
Secara matematis, formula
kebahagiaan itu ingin ku gambarkan dalam rumus berikut:
Keterangan
:
B : Kebahagiaan
I : Ikhtiar
Sy : Syukur atas nikmat Tuhan
Sb :
Sabar atas ujian Tuhan
Memang
sangat sederhana, bahkan akan ada beberapa dari kita merasa konsep ini tidak
mewakili kebahagiaan manusia secara umum, namun demikian kembali lagi pada
bagaimana kita menyikapi dan mengartikan kebahagiaan.
Akhirnya,
pada-Nya-lah kita memohon segala hal yang kita butuhkan.
Allahumma
inna dhuha’a; dhuha’uKa..
Wal
baha’a; baha’uKa..
Wal
jamala; jamaluKa..
Wal
quwwata; quwwatuKa..
Wal
qudrata; qudratuKa..
Wal
ishmata; ishmatuKa..
Allahumma
inkana ridzkii fissamaa’i; fa-andzilhu..
Wainkana
fil ardi; fa-akhrij’hu..
Wainkana
mu’assaran; fayassirhu..
Wainkana
haraman; fathahhirhu..
Wainkana
ba’idan; faqarribhu..
Bihaqqi
dhuha’iKa, wabaha’iKa, wajamaliKa, waquwwatiKa, waqudratiKa..
Aatinii
maa-ataita ‘ibadiKash-shaalihiin..
Salam dhuha
penuh berkah..
0 komentar:
Posting Komentar