Jumat, 12 Februari 2016

BLAK-BLAKAN 2 (HeadShoot 1)

19.32 Posted by Unknown No comments
Hey boro-boro'e..Hehehehe :) Busu-busu dank..
tida puas juga sebenarnya kalo tidak mow bongkar sup, terpaksa ada maen debu lagi ane... tapi berbuah manis, dapa depe tulisan lanjutan.. depe judul bikin merinding, horor!! Hehehehe :) Baku sedu.. cma mank sadiki bagitu sih, agak-agak baku tereng orang dia mow bekeng.. tapi kalem jow eee, kan cuma tulisan... 
napa, langsung ane kase jow...
Ane kase inga ulang ee, jangan baku tereng sup...*peace*

___________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________

Boleh Nggak Merokok ?
Cukup rumit juga persoalan yang satu ini, hukum merokok. Haram, sunnah, makruh, atau wajibkah ? Tapi maaf saya bukanlah ustadz, kiyai atau mungkin seorang santri yang memiliki kemampuan dan ilmu yang cukup untuk mengkaji dan menfatwakan hukum kegiatan yang satu ini.
Namun terlepas dari hukum yang difatwakan oleh agama saya ingin sedikit berbicara tentang merokok yang telah jadi kontroversi akhir-akhir ini. Sering juga orang-orang dibuat jengkel oleh para perokok yang melakukan aktivitas senang-senangnya ini di tempat umum. Namun setelah ditegur karena sedikit mengganggu orang lain, sebagian dari mereka malah membela diri dengan mengatas-namakan Hak Asasi Manusia. Di sinilah saya melihat salah satu kekurangan HAM yang dibangga-banggakan oleh kita masyarakat Indonesia yang menganut paham demokrasi. Dengan bangganya sebagian (karena tidak semua perokok) dari orang-orang tersebut seakan berorasi atas nama HAM yang sebenarnya hanya dengan tujuan membela diri. Ironisnya orang-orang tersebut “lupa” (atau mungkin malah belum tahu) bahwa HAM seorang individu dibatasi oleh HAM yang dimiliki individu lain yang bisa saja terganggu dengan aktivitasnya dengan kata lain bahwa HAM sebenarnya tidaklah tak terbatas.
Terlepas dari haram-halalnya merokok, yang terpenting bagi saya adalah yang merokok tidak merusak suasana (mengganggu kenyamanan) orang lain yang berada di sekitarnya dengan asap rokok yang  di keluarkan tanpa rasa JIJIK. Tidaklah tanpa alasan saya berkata demikian. Benda yang kita kenal dalam kehidupan kita sehari-hari ada tiga, yaitu benda padat, benda cair dan benda gas (termasuk udara) dengan berbagai karakteristik dari sifatnya. Sedikit berbicara mengenai gas, saya ingin sampaikan bahwa gas sebagai benda yang paling fleksibel dibanding  benda-benda jenis lain (benda padat dan cair) memiliki keunikan yaitu dapat melewati ruang-ruang dengan mudah tanpa perantara seperti halnya benda padat yang membutuhkan benda lain untuk melalui suatu lintasan untuk berpindah tempat, demikian halnya dengan benda cair. Berbeda dengan benda gas (udara), yang mampu berpinda tempat (ruang) hanya dengan perbedaan tekanan (ingat pelajaran kelas IV SD).
Dengan penjelasan yang sederhana itu dapat kita bayangkan bagaimana dengan mudahnya asap bercampur udara (bersenyawa) yang berasal dari dalam tubuh seorang perokok aktif itu masuk dalam tubuh kita sebagai perokok pasif.  Tidakkah men-JIJIK-kan sebuah benda (termasuk udara bercampur asap rokok yang penuh racun) masuk ke dalam mulut, kerongkongan dan seterusnya ibarat memakan atau meminumnya yang sebelumnya telah masuk dalam tubuh orang lain dengan proses yang sama, dan kita pun tidak tahu bagaimana keadaan tubuh dan kesehatan perokok aktif tersebut, bisa saja ia menderita TBC, Hepatitis B, atau bahkan AIDS yang sekarang sedang merebak di negara kita.
Jadi, sangat benar jika para dokter mengklaim bahwa perokok pasif tidak kalah bahayanya (tepatnya, lebih bahaya) dibanding perokok aktif yang secara langsung “menikmati” indahnya berpesta asap. Alasan yang menjadi asumsi saya adalah tidak cukup dengan asap rokok yang mengandung berates-ratus racun di dalamnya tapi telah ditambah dengan karbondioksida (oksigen yang dihirup kemudian dihembuskan menjadi karbondioksida) dan berbagai macam keadaan yang menjijikkan dari dalam tubuh perokok aktif.
Dalam puisinya Taufik Ismail menggambarkan bahwa, jika seorang penderita HIV AIDS sedang “bercinta” dengan pasangannya di suatu ranjang dan kita duduk di sudut ranjang tersebut maka kita tidak akan mendapat “jatah” virus jahannam tersebut. Beda halnya dengan perokok yang akan “membagi” asap rokoknya secara membabi buta. Bahkan dalam keadaan yang begitu ekstrim Taufik mengatakan bahwa rokok akan menjelma diri menjadi “tuhan-tuhan kecil berkepala api” yang akan menghambakan manusia (lebih tepatnya lagi, manusia yang menuhankan rokok).
Dengan penuh pengharapan saya berdoa, semoga sumber utama dari masalah ini dibumi-hanguskan oleh Sang Maha Kasih, jika itu yang terbaik.

Wallahul A’lam Bisshawab !
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
Ane sow bilang jangan baku tereng, napa dua orang sow tewa.. manganto soalnya, abis ba kejar deadline...
Selamat berjumpa di tulisan berikutnya eee, salam damai penuh cinta buat PENDENGKI.. *salah lagi* atau sow betul itu stow eee...
Yang jelas, ane minta maaf kalo ada yang tersumbing, ech tersingggung maksudnya men..
Bye Bye Bye      ...Rupa lagu ee, lagu barat

0 komentar:

Posting Komentar