MENGGALI
AKAR IDEOLOGI KPMIPM
(KPMIPM)
Di Kota Gorontalo
Gorontalo, 19 April 2013
Di Kota Gorontalo
Gorontalo, 19 April 2013
Bismillahirrohmanirrohim…
“Ketahuilah
para pembaca sekalian,
bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya
kamu teruskan pada generasi berikutnya !”
bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya
kamu teruskan pada generasi berikutnya !”
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
!!
Entah apa
yang harus saya katakan karena ternyata memang benar bahwa dalam kata MULAI
tersimpan kekuatan besar nan ajaib dan tersimpan tingkat kesulitan yang cukup
rumit bagi kita para pemula. Terbukti, untuk memulai tulisan sederhana dan
ringan ini saja saya membutuhkan beberapa kali tombol ‘backSpace’. (Itu sih karena ente mang masih pemula kali,
hehehe J).
Iya juga sih, tapi yang pasti dalam
kata MULAI bagi saya MULAI is a Miracle, namun setelah me-MULAI bisa jadi
MULIA, heheheheJ, ngawur aja kerjaannya. Ampuuuuuuuuunnn…
Oke,
sekarang mari kita lihat perjalanan KPMIPM selama hampir 5 (lima) tahun belakangan ini. Apa saja yang sudah
dilakukan oleh KPMIPM? Apa saja yang seharusnya sudah dicapai tapi belum
membuahkan hasil? Ada yang salah ? Atau untuk memikirkan dan merencanakan saja
kita masih kurang mampu? Tenang, dalam tulisan ini saya tidak akan membahas
mengenai kinerja pengurus selama 5 (lima) tahun belakangan. Saya akan berusaha
menggali pesan-pesan tersirat dalam ideologi yang akan menuntun kita untuk
merancang dan melihat bagaimana paradigma dan cita-cita kita dalam kehidupan
ke-KPMIPM-an.
Sebelumnya,
saya akan sajikan gambar dari logo KPMIPM sebagai kumpulan simbol yang penuh
dengan pesan intelektual, moral maupun spiritual.

1. Tulisan berwarna hitam.
Warna hitam tersebut baik
dalam logo maupun dalam bendera melambangkan perlawanan terhadap penindasan.
Hal ini mengisyaratkan bahwa KPMIPM mengemban amanah dan tugas sebagai agent of protector yang siap siaga dalam memberikan
perlindungan bagi masyarakatnya baik dalam arti sempit (kader) maupun dalam
arti luas (masyarakat Parimo, Sulteng bahkan rakyat Indonesia secara
keseluruhan). KPMIPM melalui warna hitam ini mewajibkan dirinya (sekali lagi
dengan kapital: me-WAJIB-kan DIRINYA) untuk senantiasa mengontrol dan melihat dinamika
sosial Parimo, Sulteng dan/atau Indonesia di berbagai bidang kehidupan yang
menyentuh baik secara langsung maupun tidak langsung masyarakatnya. Artinya,
sesaat setelah seseorang masuk dan bergabung dalam KPMIPM maka pada saat itu
juga yang bersangkutan telah membenamkan dirinya dalam tugas berat dan besar.
2. Lingkaran dengan warna
merah.
Lingkaran dengan warna merah
melambangkan keberanian [semua laskar; kader] KPMIPM dalam bertindak dan
menjalankan point pertama, yaitu melakukan perlindungan dan pembelaan untuk
masyarakatnya yang tertindas oleh kesewenang-wenangan pihak manapun, termasuk
kepada pendahulu KPMIPM-pun jika telah keluar dari koridor yang semestinya.
Keberanian ini juga dapat
diartikan sebagai langkah memberanikan diri untuk melampau apa yang selama ini
belum tersentuh (radikal). Kita dapat melihat sifat malu-malu KPMIPM untuk
berpikir dan bertindak memasuki ranah perpolitikan di daerah Parimo. Tentu
maksud ‘masuk’ disini bukan masuk dalam meluahkan kepentingan seperti yang
telah banyak dilakukan oleh kalangan mahasiswa yang terkesan ‘menjilat’ sepatu
pejabat dan elit politik. Saya sendiri merindukan [lebih tepatnya memimpikan]
KPMIPM menjadi salah satu aktor pengambil keputusan agar suara rakyat
benar-benar terwakilkan karena memang KPMIPM sangat paham dan mengerti dengan
keadaan rakyatnya, namun masalahnya sekarang adalah apakah KPMIPM dapat merebut
kepercayaan dari rakyatnya atau pantaskah KPMIPM menduduki posisi itu?
Jawabannya ada pada sikap, kemampuan dan kesanggupan kader saat ini. Namu saya
takut KPMIPM sendiri masih belum percaya pada dirinya sendiri sehingga
jangankan untuk mendapatkan kepercayaan dari rakyatnya, merebut kepercayaan
atas diri sendiripun menjadi luput. Bahkan hal yang paling saya takutkan adalah KPMIPM menjadi asing di dalam
rumahnya sendiri, seakan menjadi pencuri dalam kamarnya sendiri. Sebuah
fenomena yang tidak jarang kita jumpai saat ini. Dan jika boleh jujur, tentu
tangan saya tidak secara otomatis menuliskan hal ini, pun otak saya tidak
serta-merta memikirkan masalah ironi ini jika seandainya hal ini tidak nampak
di permukaan kehidupan sosial kita. Beralasan memang jika hal ini terjadi karena
sebagai pelajar yang sejak kuliah (artinya dari 3,5 tahun hingga tak terkira,
heheheheJ
atau bahkan ada yang dari sekolah dasar sudah meninggalkan kampung halamannya
hingga yang bersangkutan kuliah) tapi juga tidak tepat jika kita membiarkannya
menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja jika kita salah bertindak.
KPMIPM butuh keberanian
bergerak, mengangkat pantat (maaf) dan badannya dari tempat duduk dan pembaringan
yang menyiksanya atau bahkan membuatnya terlena. KPMIPM butuh keberanian
menyelami ilmu-ilmu yang sebelumnya belum pernah dijamah, kegiatan-kegiatan yang sebelumnya
menjadi momok yang sangat menakutkan dan membebani.
3. Lingkaran dengan Warna Biru,
Melambangkan Kedalaman Ilmu.
Lingkaran berwarna biru
dengan arti yang sangat mengagumkan yakni mewakili kedalaman ilmu dari setiap
kader KPMIPM. Tentu hal ini bukan mimpi kosong atau bualan semata dari pendiri
organisasi. Sebenarnya, melalui lingkaran warna ini kita telah dipaksa (dibaca:
diwajibkan) oleh pendahulu kita agar menjadi lautan yang luas dan dalam; luas
wawasan-cakrawala berpikirnya dan (bukan ‘atau’) dalam ilmu pengetahuannya.
Luas, artinya generasi ini
diharuskan memiliki pengetahuan yang luas dan mampu menampung semua wawasan yang
masuk ke dalamnya yang pada akhirnya mencernanya tanpa merusak diri. Seperti
laut yang dapat menampung segala bentuk air serta apa yang dibawanya yang
kemudian masuk bercampur di lautan. Lautan tidak memilih-milih air yang
diterimanya; dari kali, sungai, danau, limbah, hujan bahkan kotoran pun
diterimanya. Tapi dengan satu catatan bahwa laut akan memilahnya kemudian
menetralkan yang berpotensi untuk merusak dirinya. Hal ini juga berarti bahwa
kelak generasi KPMIPM dengan ilmunya mampu menerima segala bentuk aspirasi
rakyatnya, kemudian diolah menjadi keputusan yang baik, tentu dengan ilmu yang
dalam karena mengambil keputusan tidak cukup dengan modal ilmu yang luas.
Dalam, artinya generasi ini harus
mampu memperdalam ilmu yang digelutinya. Generasi KPMIPM harus mampu menjadi
ikon buat ilmunya. Maksudnya ialah bahwa berbicara ilmu di luar ilmunya (ilmu
yang didalaminya), generasi KPMIPM mampu mengimbangi lawan bicaranya, namun
jika berbicara masalah ilmu yang digeluti maka ia tidak hanya menjadi sekedar
penyeimbang atau pembanding, namun lebih dari itu generasi KPMIPM menjadi
aktor ahli yang cukup bahkan lebih dari
orang lain.
Mengenai keilmuan saya punya
tawaran strata, tingkatan, level atau apalah istilahnya. Level ini yang harus
dipenuhi atau ditargetkan oleh generasi KPMIPM sejak mereka mulai masuk
bergabung dalam ke-KPMIPM-an hingga mereka keluar menjadi aktor professional.
Pertama, generasi KPMIPM harus
menguasai semua aspek keilmuan, pengetahuan yang diketahui oleh semua orang
agar tidak terpinggirkan dalam pergaulan keilmuan dan pengetahuan. Level ini
adalah level terendah dari level lainnya. Jika generasi gagal pada level ini
maka bisa dipastikan akan lebih gagal lagi pada level berikutnya. Level ini
tergolong level yang sangat banyak penganutnya (baca: “member atau pesertanya”).
Kedua, generasi KPMIPM selain
menguasai apa yang semua orang ketahui mereka juga harus menguasai apa yang
orang jarang mengetahuinya. Level ini adalah setingkat lebih tinggi dibanding
tinggkat pertama karena tidak semua orang mampu masuk pada level ini. Selain
karena potensi yang berbeda, minat dalam mengembangkannya juga tidak sama
antara satu orang dengan orang yang lain. Member level ini tergolong sedikit,
sekitar 25-35% dari jumlah level pertama.
Ketiga, level inilah yang menjadi
cita-cita yang terbilang tinggi dari KPMIPM yang diwariskan kepada generasinya.
Generasi KPMIPM harus mampu menempati level ini dimana generasi KPMIPM menguasai
satu bidang ilmu yang tidak seorang pun menguasainya. Orang yang berada di
level inilah yang saya maksud dengan aktor ahli atau aktor profesional karena
hanya yang bersangkutan yang menguasainya. Tentu kita sudah mengetahui bahwa
level inilah level tertinggi dan teristimewa.
4. Warnah Putih Melambangkan
Kesucian.
Jika Warna putih melambangkan kesucian. Maka kader KPMIPM harusnya memiliki kesucian, baik dalam
moralnya, niat, akhlak hingga gerakan-gerakannya. Dan hal ini telah didukung
penuh oleh konstitusi tertulis KPMIPM (baca: AD/ART KPMIPM) yang dibahas
minimal sekali setahun dalam Musyawarah Besar di akhir periode berjalan.
Jika dari awal
pembentukannya KPMIPM telah memiliki cita-cita yang begitu mulia dari segi
akhlak, maka tentu cita-cita yang menjadi darah dan daging (baca: jati diri)
bagi generasi KPMIPM tidak boleh luntur saat ber-KPMIPM bahkan setelah mereka
ber-gelud langsung dengan masyarakat
luas apalagi dunia politik yang kita kenal sangat rawan dalam hal penyelewengan
hak dan perselingkuhan-pengkhianatan atas kepercayaan serta kemuliaan yang
dipegang teguh sebelumnya.
5. Pohon Kelapa
Kelapa adalah salah satu komoditas
terbesar di Parigi Moutong meski yang lain juga tak kalah besarnya, seperti
cengkeh, kakao, pertambangan, perikanan, kelautan dst.
Pohon kelapa tidak hanya
memberikan gambaran singkat tentang komoditas daerah, tapi lebih dari itu bahwa
generasi KPMIPM dapat bertindak selayaknya pohon kelapa-tentu degan karakter
yang apik.
Bagaimana karakter apik
kelapa yang saya maksud ialah dari segi penggunaan pohon kelapa itu sendiri.
Secara umum kita ketahui filosofi dari kelapa ialah dari akar hingga ujung
daunnya dapat menjadi sesuatu yang berguna. Berikut saya sajikan beberapa di
antaranya:
a. Akar
Di beberapa daerah akar pohon kelapa bisa diolah sedemikian rupa
hingga menjadi ramuan tradisional. Tentu saja hal ini dilakukan hanya oleh
orang-orang yang mengerti betul kandungan dan cara pengolahannya.
b. Batang/Pohon
Batang atau pohon kelapa dapat dibuat menjadi papan atau balok
yang kuat, terutama dari luar (kulit) hingga beberapa senti ke dalam.
c. Daun
Ø Daun
Daun kelapa tidak kalah
bergunanya, hampir setiap tahun di beberapa daerah ummat islam menggunakannya
sebagai bahan untuk membuat pembungkus ketupat saat hari raya atau sebagai
hiasan janur untuk perayaan pesta rakyat bahkan beberapa perayaan hari besar
agama, dsb.
Atau pernahkah kita
mendengar istilah “Janur Kuning” yang sangat terkenal dan identik dengan
patriotisme bangsa kita? Tidak perlu kiranya saya jelaskan apa dan bagaimana
sumbangan janur kuning saat perang dalam merampas kemerdekaan dulu.
Cukuplah kiranya janur
sebagai perwakilan dari peristiwa bersejarah yang mengingatkan kita bahwa
perjuangan orang tua kita dalam merebut kemerdekaan ini tidak mudah, dan
tentunya kita sebagai generasi muda tidak boleh bertopang dagu dalam mengisi
kemerdekaan ini karena jika merebut kemerdekaan tidak mudah maka mengisi kemerdekaan
ini pun tidak gampang. Kita butuh persiapan yang matang dan sungguh-sungguh dan
tidak main-main. Karena jika sedikit saja kita gagal melaksanakannya maka itu
berarti kita telah mengkhianati mereka yang tidak hanya mengorbankan harta
mereka, tapi juga dengan tetesan keringan bahkan tetesan darah diri dan
keluarga mereka.
Ø Lidi
Lidi adalah tulang dari daun
nyiur/kelapa. Lidi ini sering kita jumpai dalam sebuah satuan yang luar biasa
dan bermanfaat yang kita kenal dengan ‘sapu lidi’.
Jika dalam lambang kita ada
kelapa yang bisa menghasilkan lidi kemudian lidi menghasilkan sapu lidi, dan
sapu lidi itu mengajarkan kita tentang persatuan dan kesatuan, maka tidak ada alasan
bagi kita untuk tidak menjiwai dan ikut bersatu menjadi sebuah kesatuan --yang
dapat memudahkan yang sulit, meringankan yang berat-- seperti awal dari nama
organisasi ini; KESATUAN.
d. Buah
Ø Daging buah
Mungkin tidak perlu saya
menjelaskan secara detail apa manfaat daging buah kelapa baik yang muda maupun
yang tua karena hampir setiap hari kita merasakannya baik dalam bentuk masakan
kue, sayur ataupun mungkin tanpa diolah lagi.
Ø Sabut
Sabut bisa diolah menjadi
tali yang sangat kuat atau menjadi sapu lantai seperti halnya sapu ijuk.
Ø Air
Selain rasanya yang nikmat
dan manis, air dari kelapa juga bisa menjadi penawar racun yang sangat
terkenal.
Ø Tempurung
Tempurung selain sering kita
gunakan sebagai bahan untuk membakar dan memanggang yang cukup baik, tempurung
di beberap daerah juga dapat digunakan sebagai ramuan yang baik untuk luka luar
maupun luka dalam.
Kegunaan yang saya paparkan itu hanya sebagian dari sekian
banyak manfaat dari pohon kelapa selain memang sebagai salah satu komoditas
utama di Parimo. Jika kita tarik filosofi pohon kelapa ke ranah generasi KPMIPM
maka generasi KPMIPM harus mampu bermanfaat sebagaimana pohon kelapa yang
bermanfaat dari akar hingga ujung daunnya.
6. Lebah
Lebah
melambangkan persatuan dan solidaritas yang sangat kuat. Selain itu dalam
kehidupan lebah kita kenal filosofi lebah yang sangat terkenal:
a. Dimanapun lebah hinggap tidak akan mematahkan dahan yang ia
hinggapi.
Artinya,
kader KPMIPM dimanapun ia hidup dan tinggal maka ia tidak akan melakukan
kerusakan tapi sebaliknya melakukan perbaikan yang bermanfaat bagi masyarakat
luas.
b. Lebah adalah makhluk selektif dalam mengkonsumsi.
Artinya,
kader KPMIPM tidak sembarang dalam mengonsumsi makan dan minuman. Demikian
halnya dengan informasi yang tidak jelas, tidak akan mudah membuat kader KPMIPM
dipermainkan apalagi diprovokatori oleh pihak yang tidak bertanggung-jawab.
c. Semua yang diciptakan lebah itu manis.
Artinya,
kader KPMIPM dengan dan melalui ilmu yang dimilikinya tidak akan menciptakan
hal-hal yang negatif. Selalu yang diciptakan oleh kader KPMIPM adalah ciptaan
atau konsep yang baik dan bermanfaat buat masyarakat, daerah, bangsa dan
daerah.
d. Lebah memilik persatuan yang sangat solid.
Artinya,
kader KPMIPM tidak mudah dipecah-belah oleh pihak luar. Kader KPMIPM sangat
menjaga solidaritas di kalangan mereka karena sudah barang tentu bahwa
solidaritas yang kokoh sangat berpengaruh pada output kolektif KPMIPM, termasuk
dalam menggiring sebuah isu secara apik dan terorganisir demi kepentingan
rakyat.
e. Lebah tidak akan menyerang makhluk lain tanpa sebab.
Artinya,
kader KPMIPM adalah kelompok generasi yang tidak hanya matang dalam persoalan
ilmu dan pengetahuan, tapi lebih dari sekedar itu generasi KPMIPM adalah
kelompok pemuda yang telah matang secara emosional dan spiritual hingga tidak
akan mudah terpancing pada hal-hal yang dapat merugikan atau yang sia-sia.
f. Lebah tidak pernah lari dari pertempuran,
Artinya,
kader KPMIPM adalah sekelompok pemuda dengan integritas yang tinggi melalui
proses yang tidak singkat sehingga tentu dalam mengambil keputusan tidak
sembarangan, termasuk dalam pertempuran-pertarungan.
Kader
KPMIPM tidak akan mengganggu pihak lain tanpa ada sebab atau hanya karena hal
sepeleh. Namun, sekali kader KPMIPM masuk dalam medan pertempuran maka pantang
surut-mundur ke belakang. Maju artinya bertempur dan menang, dan kalah
sekalipun adalah kehormatan dalam pertempuran; tak ada kata MUNDUR.
7. Jabatan Tangan
Jabatan tangan mengartikan
bahwa hubungan yang ada dalam lingkungan KPMIPM tidak hanya hubungan
persahabatan atau mitra tapi juga sebuah hubungan persaudaraan dan
kekeluargaan.
Warna tangan terlihat
berbeda, ini mengisyaratkan bahwa KPMIPM tidak menjadikan perbedaan ras, suku,
agama/keyakinan dst sebagai suatu halangan untuk bersaudara, bahkan perbedaan
itulah yang menjadikan KPMIPM kaya dalam budaya.
Jabatan tangan dengan warna
tangan yang berbeda mewakili sebuah arti persatuan, persaudaraan dan toleransi
yang sangat dalam.
KPMIPM adalah organisasi
paguyuban (kedaerahan), bukan organisasi
kesukuan. Kader KPMIPM harus mengerti benar akan hal ini, karena kesalahan
dalam mendudukkan hal ini dapat memicu dis-integrasi dalam tubuh KPMIPM.
Jabatan tangan ini harus
menjadi warning bagi kader KPMIPM
bahwa ras, primordialisme dan agama adalah hal yang sangat rawan yang butuh
toleransi yang proporsional dan serius agar perpecahan antar kader dapat kita
hindari.
8. Empat buah kelapa pada
setiap pohonnya
Masing-masing pohon memiliki 4 (empat) buah kelapa
melambangkan empat asas atau velue
(nilai) yang harus dijiwai oleh setiap kader KPMIPM baik sebagai individu
maupun sebagai kelompok. Empat asas itu adalah:
1. Asas Kejujuran
2. Asas Kesabaran
3. Asas Kemandirian, dan
4. Asas Kedisiplinan
Empat
asas inilah yang harus dijadikan sebagai nilai profesionalisme kader KPMIPM
dalam segala tindak-tanduknya. Mengkhianati sebagian atau seluruh nilai ini
berarti mengkhianati AD/ART sebagai konstitusi tertulis dari KPMIPM.
Mengetahui saja tidak cukup,
kita butuh yang lebih dari hanya sekedar tahu dari apa yang saya jelaskan dari
awal hingga akhir. KPMIPM sejati ialah yang menjalankannya secara konsisten,
bukan mencari celah agar sesuai dengan keinginan pribadinya.
Sebelum meluncurkan
paradigma yang melangit pertama kita sudah harus mempu mengokohkan akar
ideologi yang khas, sejati dan tulen. Karena hanya dengan ideologi yang tulen,
khas dan sejati yang dapat meresap ke dalam hati dan sanubari setiap kader
KPMIPM yang berdaulat, karena tanah, air, udara yang ada dalam tubuh setiap
kader adalah tanah, air, dan udara serta kearifan lokal yang sama.
Sebelum KPMIPM menjadi
organisasi yang hilang jati dirinya, melupakan dasar pijakannya maka sangat penting
untuk berusaha agar akar ideologi menembus bumi daerah dan negerinya dengan
cengkraman yang luar biasa agar paradigma yang berada di atas langit idealisme
tidak mudah tergoyahkan atau bahkan membuat ideologi tercerabut dari tanah
negerinya seperti rerumputan di pinggir jalan.
Mohon maaf atas segala yang
tidak berkenan, terimakasih atas saran dan celetukannya, hehehe J
Demikian, semoga dapat
menjadi konsumsi yang layak.
Faidza
adzamta fatawakkal ‘alallah;
Hadza
min fadli Rabbi;
Wassalamu
‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam Berfikir
Dan Bertindak Cerdas,
Salam Hormat.
=Supartomo
Syarief=
The
Raushanfikr
0 komentar:
Posting Komentar