Sabtu, 06 Februari 2016

REFLEKSI TIGA TAHUN PERJALANAN LEBAH KUNING PANTE TIMUR

08.39 Posted by Unknown No comments
Gorontalo, 18 Oktober 2011
REFLEKSI TIGA TAHUN PERJALANAN
LEBAH KUNING PANTE TIMUR
(Jatuh tersungkur atau Lapuk Dalam Kevakuman?)

Bismillahirrohmanirrohim…
“Ketahuilah para pembaca sekalian, bahwa aku dan Allah sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya kau teruskan pada generasi berikutnya !”


Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu !!
            Tidak terasa KPMIPM telah berdiri dan mulai berjalan selama tiga tahun dan mengikuti pertumbuhan usia dan perkembangan kadernya meski dengan berbagai cara, baik dengan berlari, berjalan hingga dengan cara merangkak sekali pun, terkadang pula ia harus bangkit dari jatuh dan perihnya untuk melanjutkan perjalanan kehidupannya yang penuh dengan visi besar yang tentunya berat meski tidak jarang ia harus jatuh kembali dengan rasa sakit yang sama bahkan lebih parah.
            Dengan usianya sekarang  yang baru menginjak pubertas (masa remaja) tentunya KPMIPM belum cukup banyak memakan “garamkeorganisasian yang membuatnya harus mampu bertahan menghadapi gelombang dan badai masalah yang mau-tidak mau harus siap untuk dihadapi dengan cara apapun, karena sejatinya perkembangan baik secara mentalitas maupun intelektual keorganisasian adalah ketika KPMIPM mampu melewati masalah-masalah dengan adem, ayem, tentrem dan apik.
            Sejak tanggal 18 Oktober 2008 dimana KPMIPM pertama kali mengikrarkan diri sebagai organisasi yang berdaulat maka sejak tanggal itu pula secara sadar atau pun tidak KPMIPM juga telah menyatakan diri untuk berperang melawan masalah diri dan kadernya pada khususnya serta melawan masalah sosial kemasyarakatan pada umunya, karena itulah alasan ia lahir.
            Meski dengan berbagai cara dan upaya untuk menekan setiap persoalan dan mencoba mengambil langkah preventif  namun masalah yang datang bak gulungan gelombang yang tak henti-henti menampar dan menghampar pinggiran pantai KPMIPM. Dengan kondisi seperti ini tidak jarang kadernya pun yang dulunya menyatakan diri sebagai kader loyal, militan dan siap melakukan progresivitas untuk si-Lebah Kuning pun seakan melepas tangan dan mundur dengan langkah malu-malu hingga akhirnya hilang di telan masa.
            Ada yang mundur dengan cara diam-diam, ada pula yang membuat merah kuping dengan melakukan tindakan penghianatan dengan mengatasnamakan kekecewaan yang sampai saat ini juga belum jelas masalahnya; atau mungkin just make a reason !
            Dengan masalah yang bertubi-tubi seharusnya kadernya juga turut “menggelisahkan” diri namun ironis-nya mereka meninggalkan “ibu” tanpa ayah dengan cara mereka sendiri. Hingga tidak berlebihan ketika Dewan Pembina Organisasi KPMIPM periode 2010-2011 Chandra Setiawan menyatakan kekecewaannya dalam Rapat Pengurus dengan menyamakan keadaan organisasi dengan keadaan NKRI tahun 1998. Dimana saat itu terjadi krisis di berbagai bidang kehidupan namun tanpa rasa empati Provinsi Timor Timur (Timor Leste sekarang) melakukan pemisahan diri dari kedaulatan NKRI.
            Meski berbeda dalam perspektif dan skala kewilayahan namun pada intinya masalah yang dihadapi tidak jauh berbeda yakni 1)terjadinya krisis ekonomi; dimana kader lain sementara menggelisahkan diri memikirkan solusi atas masalah perpanjangan sekretariat dan angkatan muda yang masih memerlukan pembinaan dari pendahulunya namun di sisi lain 2)pihak-pihak yang “kecewa” (atau juga mengecewakan diri sendiri) mengambil tindakan mengecewakan dengan berniat memisahkan diri dari KPMIPM sebagai organisasi yang independent  dan mandiri.
            Dengan berlandaskan emosi yang tidak terkontrol dan juga sebenarnya tidak bertahan lama atas pendirian mereka, beberapa oknum tersebut mencoba menciptakan dis-integration di tingkatan mahasiswa Parigi Moutong pada umumnya dengan menciptakan issue wilayah kecamatan sebagai medianya. Namun dengan tingkat kesadaran persaudaraan dan kebersamaan (integration), kader-kader KPMIPM tidak terpancing dan silau dengan emosi sesaat meski ada beberapa yang terjebak oleh “kalimat sesat” para provokator yang mencoba menjadikan angkatan muda Parimo sebagai korban keeogoisan mental maraju mereka.
            Dengan bertambahnya usia organisasi ini seharusnya para kadernya duduk bersama berupaya mengumpulkan bekal intelektual, mental dan moral guna menyiapkan diri dalam menghadapi “percaturan” di daerah yang semakin semrawut (chaose) termasuk di dalamnya memikirkan agenda organisasi yang bermuara pada pencapaian mutu kader yang handal sebelum nantinya melangkah maju pada misi yang lebih luas hingga pencapaian visi benar-benar terwujud. Tapi sayang, jangankan berpikir mengenai cara dan strategi pendampingan masalah-masalah sosial yang ada di daerah atau bahkan masalah nasional, untuk masalah internal organisasi saja kita masih berjalan di tempat seakan masalah KPMIPM adalah berputar pada masalah pengurusnya yang kurang kinerja dan kadernya yang keras kepala.
            Mungkin sudah waktunya kita menyusun langkah yang sistematis dalam rangka menjalankan misi dan mewujudkan visi organisasi. Mungkin kita terlalu terbiasa merayakan/merefleksi peristiwa-peristiwa besar yang tentunya itu tidaklah salah, namun jika terlalu nyaman dengan hal demikian lantas melupakan tugas dan misi kita untuk menciptakan moment  dalam hal ini perubahan (changes) maka hal demikian juga tidaklah terlalu tepat. Yang kita perlukan sekarang adalah menetapkan misi yang tidak hanya sekedar tuntutan proker (program kerja) tetapi semakin bersinergi dengan visi sebagai tujuan umum organisasi. Jika hal tersebut dapat dicanangkan maka kreativitas pengurus-pengurus bidang pun akan terasah dengan meciptakan proker yang menuntut kerja keras panitianya yang akhirnya bukan hanya melahirkan peserta yang berbobot tapi juga dapat memberi kepuasan mental dan jiwa kepada panitianya.
            Hal ini mungkin cukup sederhana dan enteng  tapi sesuatu yang terukur dapat menciptakan sesuatu yang lebih besar dibanding ukuran dirinya (Raushanfikr dan Mustadh’afin).
            Meski dengan berbagai masalah yang membidik dari berbagai arah bak anak panah di medan perang, namun tanpa terasa dan disadari ternyata organisasi ini hanya sekedar sebagai “pelarian” yang entah sampai kapan dia menunggu kader sejati yang diimpikannya dia tetap memaksakan diri untuk melangkah meski dengan tersungkur dan ter-engah-engah karena vakum berarti mati dan membunuh generasi dengan suka rela.

Selamat Ulang Tahun KPMIPM-ku,
Meski berjalan dan tersungkur, demi-mu
Aku mau_!
Mari kepakkan sayap bersama Lebah Kuning Parimo_
Salam Berpikir
Dan Bertindak Cerdas_!
Salam Hormat Saya,




=Supartomo syarief=

Angkatan 01 KPMIPM

0 komentar:

Posting Komentar