Gorontalo, 18 Oktober 2011
REFLEKSI TIGA TAHUN PERJALANAN
LEBAH KUNING PANTE TIMUR
(Jatuh tersungkur atau Lapuk Dalam
Kevakuman?)
Oleh: Supartomo Syarief
Bismillahirrohmanirrohim…
“Ketahuilah para pembaca sekalian, bahwa aku dan Allah
sangat mencintaimu !
Semoga cinta-ku dan cinta-Nya kau teruskan pada generasi
berikutnya !”
Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu !!
Tidak
terasa KPMIPM telah berdiri dan mulai berjalan selama tiga tahun dan mengikuti
pertumbuhan usia dan perkembangan kadernya meski dengan berbagai cara, baik
dengan berlari, berjalan hingga dengan cara merangkak sekali pun, terkadang
pula ia harus bangkit dari jatuh dan perihnya untuk melanjutkan perjalanan
kehidupannya yang penuh dengan visi besar yang tentunya berat meski tidak
jarang ia harus jatuh kembali dengan rasa sakit yang sama bahkan lebih parah.
Dengan
usianya sekarang yang baru menginjak pubertas (masa remaja) tentunya KPMIPM belum cukup banyak
memakan “garam” keorganisasian yang
membuatnya harus mampu bertahan menghadapi gelombang dan badai masalah yang mau-tidak
mau harus siap untuk dihadapi dengan cara apapun, karena sejatinya perkembangan
baik secara mentalitas maupun intelektual keorganisasian adalah ketika KPMIPM
mampu melewati masalah-masalah dengan adem,
ayem, tentrem dan apik.
Sejak
tanggal 18 Oktober 2008 dimana KPMIPM pertama kali mengikrarkan diri sebagai
organisasi yang berdaulat maka sejak tanggal itu pula secara sadar atau pun
tidak KPMIPM juga telah menyatakan diri untuk berperang melawan masalah diri
dan kadernya pada khususnya serta melawan masalah sosial kemasyarakatan pada
umunya, karena itulah alasan ia lahir.
Meski
dengan berbagai cara dan upaya untuk menekan setiap persoalan dan mencoba
mengambil langkah preventif namun masalah yang datang bak gulungan
gelombang yang tak henti-henti menampar dan menghampar pinggiran pantai KPMIPM.
Dengan kondisi seperti ini tidak jarang kadernya pun yang dulunya menyatakan
diri sebagai kader loyal, militan dan siap melakukan progresivitas untuk si-Lebah Kuning pun seakan melepas tangan
dan mundur dengan langkah malu-malu hingga akhirnya hilang di telan masa.
Ada
yang mundur dengan cara diam-diam, ada pula yang membuat merah kuping dengan melakukan tindakan penghianatan dengan mengatasnamakan
kekecewaan yang sampai saat ini juga belum jelas masalahnya; atau mungkin just make a reason !
Dengan
masalah yang bertubi-tubi seharusnya kadernya juga turut “menggelisahkan” diri
namun ironis-nya mereka meninggalkan
“ibu” tanpa ayah dengan cara mereka sendiri. Hingga tidak berlebihan ketika
Dewan Pembina Organisasi KPMIPM periode 2010-2011 Chandra Setiawan menyatakan
kekecewaannya dalam Rapat Pengurus dengan menyamakan keadaan organisasi dengan
keadaan NKRI tahun 1998. Dimana saat itu terjadi krisis di berbagai bidang
kehidupan namun tanpa rasa empati Provinsi Timor Timur (Timor Leste sekarang)
melakukan pemisahan diri dari kedaulatan NKRI.
Meski
berbeda dalam perspektif dan skala kewilayahan namun pada intinya masalah yang
dihadapi tidak jauh berbeda yakni 1)terjadinya
krisis ekonomi; dimana kader lain sementara menggelisahkan diri memikirkan
solusi atas masalah perpanjangan sekretariat dan angkatan muda yang masih
memerlukan pembinaan dari pendahulunya namun di sisi lain 2)pihak-pihak yang “kecewa” (atau juga mengecewakan diri
sendiri) mengambil tindakan mengecewakan dengan berniat memisahkan diri dari
KPMIPM sebagai organisasi yang independent
dan mandiri.
Dengan
berlandaskan emosi yang tidak terkontrol dan juga sebenarnya tidak bertahan
lama atas pendirian mereka, beberapa oknum tersebut mencoba menciptakan dis-integration di tingkatan mahasiswa
Parigi Moutong pada umumnya dengan menciptakan issue wilayah kecamatan sebagai medianya. Namun dengan tingkat
kesadaran persaudaraan dan kebersamaan (integration),
kader-kader KPMIPM tidak terpancing dan silau dengan emosi sesaat meski ada
beberapa yang terjebak oleh “kalimat sesat” para provokator yang mencoba
menjadikan angkatan muda Parimo sebagai korban keeogoisan mental maraju mereka.
Dengan
bertambahnya usia organisasi ini seharusnya para kadernya duduk bersama
berupaya mengumpulkan bekal intelektual, mental dan moral guna menyiapkan diri
dalam menghadapi “percaturan” di daerah yang semakin semrawut (chaose) termasuk di dalamnya memikirkan agenda organisasi
yang bermuara pada pencapaian mutu kader yang handal sebelum nantinya melangkah
maju pada misi yang lebih luas hingga pencapaian visi benar-benar terwujud. Tapi sayang, jangankan berpikir
mengenai cara dan strategi pendampingan masalah-masalah sosial yang ada di
daerah atau bahkan masalah nasional, untuk masalah internal organisasi saja
kita masih berjalan di tempat seakan masalah KPMIPM adalah berputar pada
masalah pengurusnya yang kurang kinerja dan kadernya yang keras kepala.
Mungkin
sudah waktunya kita menyusun langkah yang sistematis dalam rangka menjalankan
misi dan mewujudkan visi organisasi. Mungkin kita terlalu terbiasa
merayakan/merefleksi peristiwa-peristiwa besar yang tentunya itu tidaklah
salah, namun jika terlalu nyaman dengan hal demikian lantas melupakan tugas dan
misi kita untuk menciptakan moment dalam hal ini perubahan (changes) maka hal demikian juga
tidaklah terlalu tepat. Yang kita perlukan sekarang adalah menetapkan misi yang
tidak hanya sekedar tuntutan proker (program kerja) tetapi semakin bersinergi
dengan visi sebagai tujuan umum organisasi. Jika hal tersebut dapat dicanangkan
maka kreativitas pengurus-pengurus bidang pun akan terasah dengan meciptakan
proker yang menuntut kerja keras panitianya yang akhirnya bukan hanya melahirkan
peserta yang berbobot tapi juga dapat memberi kepuasan mental dan jiwa kepada
panitianya.
Hal
ini mungkin cukup sederhana dan enteng tapi sesuatu
yang terukur dapat menciptakan sesuatu yang lebih besar dibanding ukuran
dirinya (Raushanfikr dan Mustadh’afin).
Meski
dengan berbagai masalah yang membidik dari berbagai arah bak anak panah di
medan perang, namun tanpa terasa dan disadari ternyata organisasi ini hanya
sekedar sebagai “pelarian” yang entah sampai kapan dia menunggu kader sejati
yang diimpikannya dia tetap memaksakan diri untuk melangkah meski dengan tersungkur
dan ter-engah-engah karena vakum
berarti mati dan membunuh generasi dengan suka rela.
Selamat Ulang Tahun KPMIPM-ku,
Meski berjalan dan tersungkur, demi-mu
Mari kepakkan sayap bersama Lebah Kuning Parimo_
Salam Berpikir
Dan Bertindak Cerdas_!
Salam Hormat Saya,
=Supartomo syarief=
Angkatan 01 KPMIPM
0 komentar:
Posting Komentar